UKRAINA

Saya kenal Vladimir Voina di Harvard University di tahun 1990. Dia orang pertama dari apa yang  waktu itu Uni Soviet yang masuk Harvard, sebagai Nieman Fellow. Dia kemudian dikenal sebagai penulis kolom untuk media berbahasa Rusia dan Inggris di  Moskow.

Kami tak amat akrab.  Tapi saya belajar dari dia tentang puisi Anna Akhmatova, penyair perempuan yang terkenal dalam sastra Rusia (yang disingkirkan pemerintahan Stalin). Satu  hal lain yang bisa membangun percakapan kami yang hanya sesekali:  dia mengatakan, ayahnya  anggota perwakilan Ukraina di PBB di bawah pimpinan Dmitri Manuilsky yang di tahun 1946 mempelopori dukungan Internasional untuk Indonesia yang sedang terancam aksi militer Belanda. 

Waktu itu, hanya Ukraina yang peduli.

Saya ingat kembali cerita Vladimir hari-hari ini, ketika Ukraina sedang mempertahankan diri dari invasi Rusia yang ingin menguasainya kembali.  Saya ingat cerita Vladimir ketika melihat sebuah foto lama di media sosial, dipasang oleh seorang Indonesia, Arif Havas Oegroseno: foto sebuah unjuk rasa kecil-kecilan, mungkin di Jakarta di tahun 1946 : seorang pemuda Indonesia bertelanjang dada membawa poster, “Terima Kasih, Ukraina!”

Saya tak tahu banyak sejarah politik Ukraina,  tapi kesewenang-wenangan Rusia di sana — seperti kesewenang-wenangan Amerika di Irak — membuat saya marah (tentu saja hanya bisa marah).

Anna Akhmatova pernah menulis sajak, bertanya, kenapa abad ini lebih buruk ketimbang sebelumnya. Tak ada jawab. “Di sini Maut menorehkan  tanda salib  di pintu-pintu

Dengan kapur, dan memanggil gagak, dan gagak-gagak datang” By. Goenawan Mohamad

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

My blogs

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

SEBASTOPOL

🔂 FOLLOWERS