ZIKIR ADALAH BAHASA CAHAYA ILAHI
Berapa lama kita hidup di dunia? Mungkin, diri kita hanyalah bagai serpihan momentum saja. Momentum dalam arus yang sedang bergerak di alam semesta menuju ”The Equilibrium of Everything” - Akhirat.
Dalam kehidupan dunia, yang seolah "kebetulan-kebetulan” terjadi ketika DNA membentuk selubung yang menjadi rumahnya yang disebut sel. Lahirlah secara resmi makhluk hidup yang bisa terus menggandakan dirinya.
Yang justru menarik adalah proses penggandaan tersebut yang tidak sempurna. Sesekali terjadi kesalahan penggandaan yang membuat keturunannya tidak persis seperti induknya. Ketidaksempurnaan ini justru adalah kesempurnaan kehidupan.
Dari situlah lahir keberagaman hidup. Keberagaman adalah manifestasi prakarsa Sang Maha Pencipta.
Para ilmuwan modern menyimpulkan DNA membentuk konfigurasi gelombang dan dapat dimodifikasi melalui 'bahasa cahaya'.
Dzikir adalah bahasa cahaya. Dengan ketulusan, kesungguhan, kekhusukan, berpeluang memodifikasi DNA yang mendasari qadar/takdir kita, dan membuka harapan ikhtiar rute nasib lebih baik.
Pada tatanan spiritualitas Islam, dzikrullah juga merupakan kunci membuka hijab dari kegelapan menuju cahaya Ilahi. Al Qur'an menempatkan dzikrullah sebagai pintu pengetahuan, sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran 190-191.
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau sambil duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau ..."
Kalimat "yadzkurunallah" orang-orang yang mengingat Allah, didalam 'tata bahasa arab' berkedudukan sebagai ma'thuf (tempat bersandar) bagi kalimat-kalimat sesudahnya, sehingga dzikrullah merupakan dasar atau azas dari semua perbuatan peribadatan baik berdiri, duduk dan berbaring serta merenung (kontemplasi).
Dengan demikian praktek dzikir bebas tidak ada batasannya. Bisa sambil berdiri, duduk, berbaring, atau bahkan saat beraktivitas duniawi sekalipun bisa dikatakan berdzikir, jika dilandasi mengikat diri kepada Allah, senantiasa mengingat Allah. Baca Juga : Merasakan-hubungan-lansung-dengan-allah
Dzikrullah adalah bahasa cahaya yang merupakan sarana pembangkitan kesadaran diri, yang akan melahirkan kecerdasan jiwa yang luas. Dzikrullah merupakan sikap mental spiritual menghubungkan diri kepada Allah, dalam memadukan takdir dengan ikhtiar.
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....