TENTANG ASAL MULA CORONAVIRUS BERLANJUT KETUJUH GEJALA COVID-19 TERBARU YANG PERLU DIWASPADAI

Asal Mula Sejarah Coronavirus

Penyakit COVID-19 telah menjadi pandemi kelima yang didokumentasikan sejak pandemi flu 1918. COVID-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina, dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Coronavirus penyebab COVID-19 secara resmi dinamai Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) oleh International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) berdasarkan analisis filogenetik dan taksonomi. SARS-CoV-2 diyakini sebagai limpahan dari coronavirus hewan yang kemudian beradaptasi dan berpindah penularannya dari manusia ke manusia. Karena virus ini sangat mudah menular, ia menyebar dengan cepat dan terus bermultiplikasi pada populasi manusia.

Coronavirus adalah keluarga besar dari berbagai virus yang sudah lama berada dalam kehidupan manusia. Beberapa di antaranya menyebabkan flu biasa pada manusia, yang lainnya menyebabkan batuk dan gangguan pernapasan ringan. Coronavirus menginfeksi hewan, termasuk kelelawar, unta, dan sapi. Ilmuwan telah mengklasifikasikan coronavirus ke dalam empat sub-grup yaitu alpha, beta, gamma, dan delta. SARS-CoV-2 ini merupakan anggota ketujuh dari keluarga virus corona yang menginfeksi manusia.

Strain    Discovery           Genera-Lineage Cellular Receptor            Natural Host      Intermediate Host          Respiratory Symptom

HcoV-229E         1966      α            Aminopeptidase N (CD13)           Bats              Camelids            Mild

HcoV-OC43        1967      β-A        9-O-Acetylated sialic acid (SA)    Rodents              Cattle    Mild

SARS-CoV           2003      β-B        ACE2     Bats       Masked palm civets              Severe acute

HcoV-NL63         2004      α            ACE2     Bats       Unknown           Mild

HcoV-HKU1        2005      β-A        9-O-Acetylated sialic acid (SA)    Rodents              Unknown           Mild

MERS-CoV          2012      β-C        DPP4     Bats       Dromedary camels              Severe acute

SARS-CoV-2       2019      β-B        ACE2     Bats       Pangolin?           Severe acute

Semua coronacirus manusia berasal dari hewan sebagai inang alami. Seperti yang di kutip dari (JVI) Kelelawar mungkin merupakan inang alami HCoV-229E, SARS-CoV, HCoV-NL63, dan MERS-CoV. Selain itu, HCoV-OC43 dan HKU1 mungkin berasal dari hewan pengerat. Kelelawar merupakan reservoir alami utama dari alpha-coronaviruses dan beta-coronaviruses. Hewan peliharaan dapat menderita penyakit dan berperan sebagai inang perantara yang menyebabkan penularan virus dari inang alami ke manusia; misalnya, SARS-CoV dan MERS-CoV melintasi penghalang spesies seperti musang dan unta. Urutan SARS-CoV-2 pada tahap awal wabah COVID-19 hanya memiliki kecocokan sebesar 79,6% dengan SARS-CoV melalui perbandingan sekuen genom lengkap. Namun, genom SARS-CoV-2 sangat identik (96,2%) dengan Bat-CoV RaTG13, yang sebelumnya terdeteksi di spesies kelelawar Rhinolophus affinis dari Provinsi Yunnan, lebih dari 1500 km dari Wuhan.

Kelelawar kemungkinan besar merupakan inang reservoir SARS-CoV-2. Apakah Bat-CoV RaTG13 langsung melompat ke manusia atau menularkan lewat inang perantara untuk memfasilitasi penularan tetap tidak didapatkan bukti konkret. Hal tersebut dikarenakan tidak ada sampel inang perantara yang diperoleh para ilmuwan dalam kasus awal infeksi di Pasar Makanan Laut dan Satwa Liar Huanan di Wuhan, di mana penjualan hewan liar mungkin menjadi sumber infeksi zoonosis.

Status Infeksi SARS-CoV-2

Sejak COVID-19 pertama kali muncul di China, virus telah berkembang selama empat bulan dan dengan cepat menyebar ke negara lain di seluruh dunia sebagai ancaman global. Pada 11 Maret 2020, WHO akhirnya membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi, menyusul flu Spanyol 1918 (H1N1), flu Asia 1957 (H2N2), flu Hong Kong 1968 (H3N2), dan flu Pandemi 2009 (H1N1), yang masing-masing menyebabkan sekitar 50 juta, 1,5 juta, 1 juta, dan 300.000 kematian manusia.

Coronavirus manusia biasanya menyebabkan penyakit ringan pada saluran pernapasan bagian atas. Namun, dalam dua dekade terakhir, dua virus corona yang ditularkan dari hewan, SARS-CoV dan MERS-CoV, telah menyebabkan pneumonia parah dan kematian di manusia. Sejak akhir Desember 2019, pandemi COVID-19 telah menyebar secara global dan mengakibatkan sedikitnya 772.296 kematian di seluruh dunia per 18 Agustus 2020, menurut data yang terdapat pada coronavirus.jhu.edu. Karena pengobatan dan vaksin antivirus untuk SARS-CoV-2 masih dalam pengembangan dan pengujian, maka karantina dan social distancing digalakkan untuk mencegah penyebaran virus. Meskipun demikian,  virus terus bermutasi dan berkembang selama pandemic maka studi tentang patogenisitas virus, pengobatan, dan vaksin profilaksis harus mempertimbangkan dengan cermat karakteristik genetik virus.

Krisis COVID-19 saat ini tentu tidak akan jadi yang terakhir tetapi hal ini membuat manusia belajar banyak hal sekaligus memanfaatkan berbagai ilmu dan pengetahuan yang telah kita dapatkan dari sejarah Coronavirus ini, serta pengalaman untuk bertahan hidup dan bersiap untuk bangkit Kembali setelah wabah ini mereda.

Tujuh Gejala COVID-19 Terbaru yang Perlu Diwaspadai Termasuk Parosmia

Virus Corona COVID-19 masih menyimpan begitu banyak misteri. Salah satunya, sejumlah pasien yang mengidap penyakit tersebut bisa mengalami gejala COVID-19 yang berbeda-beda.

Gejala COVID-19 terbaru yang ditemukan adalah parosmia atau distorsi penciuman. Dikutip dari Healthline, parosmia merupakan suatu kondisi terganggunya indra penciuman.

Parosmia bisa menyebabkan penderitanya mengalami 'halusinasi penciuman'. Misalnya seperti bau yang harum mungkin akan tercium busuk.

Kondisi ini pun dialami oleh sejumlah pasien Corona. Seorang ahli bedah telinga dan tenggorokan (THT), Profesor Nirmal Kumar, mengatakan bahwa gejala COVID-19 yang satu ini sangatlah aneh dan unik. Ia menjelaskan, gejala parosmia yang dialami kedua pasiennya akibat COVID-19.

"Yang satu mengatakan saat mencium aroma, bau yang mereka rasakan adalah seperti bau ikan. Dan yang lainnya mencium bau terbakar, meski di sekitarnya tidak ada asap," kata Profesor Kumar yang dikutip dari Daily Star.

"Kami menyebutnya virus neurotropik. Artinya, virus ini mempengaruhi saraf di atap hidung, seperti gangguan pada sistem saraf Anda, dan saraf tidak berfungsi," lanjutnya.

Terkait dengan gejala COVID-19 terbaru, Profesor Kumar mencatat di antara ribuan pasien Corona yang dirawat karena anosmia (hilangnya indra penciuman) di Inggris beberapa mengalami parosmia.

Parosmia merupakan salah satu gejala yang dialami pasien Corona selain batuk, demam, dan sesak napas. Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, berikut sejumlah gejala COVID-19 terbaru yang perlu diwaspadai.

1. Delirium

Delirium merupakan gejala mental yang membuat penderitanya mengalami kebingungan berat dengan kesadaran yang berkurang akibat terganggunya sistem saraf pusat. Gejala COVID-19 ini umumnya muncul pada kelompok lanjut usia (lansia).

"Delirium adalah keadaan kebingungan di mana seseorang merasa tidak terhubung dengan kenyataan, seolah sedang bermimpi," kata peneliti dari University of Catalonia, Javier Correa.

2. Kelelahan

Berdasarkan studi yang telah diterbitkan di JAMA (Journal of the American Medical Association), kelelahan merupakan salah satu gejala COVID-19 yang dapat bertahan lama setelah seseorang terinfeksi virus Corona.

Studi ini menemukan, sebanyak 53 persen pasien Corona mengalami kelelahan selama sekitar 60 hari setelah pertama kali mengalami gejala COVID-19.

3. Sakit mata

Sebuah studi dari Anglia Ruskin University (ARU), Inggris, menemukan sebanyak 18 persen pasien Corona mengalami fotofobia (sensitivitas cahaya) sebagai salah satu gejalanya.

Dari 83 responden, 81 persen melaporkan masalah mata dalam dua minggu setelah gejala COVID-19 lainnya muncul. Dari jumlah tersebut, 80 persen melaporkan masalah mata mereka berlangsung kurang dari dua minggu.

"Ini adalah studi pertama yang menyelidiki berbagai gejala mata yang mengindikasikan konjungtivitis dalam kaitannya dengan COVID-19, kerangka waktunya dalam kaitannya dengan gejala COVID-19 yang diketahui dan durasinya," jelas penulis utama Profesor Shahina Pardhan, Direktur Vision and Eye Research Institute di ARU.

4. Masalah pencernaan

Menurut studi, masalah pencernaan yang diakibatkan oleh infeksi virus Corona bisa berupa diare dan muntah-muntah. Umumnya, pasien Corona yang mengalami masalah pencernaan juga disertai dengan gejala COVID-19 lainnya.

Diketahui, hanya 4 persen orang yang didiagnosis positif COVID-19 karena muntah dan diare sebagai gejala tunggal tanpa gejala penyerta.

5. Nyeri otot

Penelitian yang diterbitkan di the journal Annals of Clinical and Translational Neurology menemukan bahwa 44,8 persen relawan yang berpartisipasi mengalami nyeri otot akibat COVID-19.

Rasa nyeri ini mungkin disebabkan karena peradangan yang terjadi di dalam tubuh akibat infeksi virus Corona. Selain itu, para pasien Corona yang sudah sembuh juga bisa mengalami nyeri otot.

6. Ruam kulit

Dokter kulit dari DNI Skin Centre, Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK(K), FINSDV, FAADV, mengatakan bahwa infeksi virus Corona bisa menyebabkan ruam kulit. Namun, ruam kulitnya cenderung bersifat ringan dan tidak berisiko fatal.

"Kemungkinan muncul ruam pada pasien COVID itu bervariasi risikonya sekitar 0,2-20 persen," jelas dr Darma.

7. Hilang indra penciuman dan perasa

Kehilangan indra penciuman dan perasa merupakan salah satu gejala COVID-19 yang kerap kali dirasakan pasien Corona. Butuh waktu hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan agar fungsi indra tersebut pulih kembali. Baca Juga : Vaksin-berbayar-untuk-kepentingan

Beberapa pasien yang menderita gejala COVID-19 terbaru ini seringkali membutuhkan perawatan dan terapi seperti pelatihan penciuman. Ini dilakukan untuk 'memperbaiki' otak agar secara akurat bisa mengenali rasa, bau, dan aroma yang tepat seperti sebelumnya.

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

UKRAINA

My blogs

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

SEBASTOPOL

🔂 FOLLOWERS