HAJI SUDUT PANDANG SYARIAT TAHARIKAT DAN HAKIKAT
Haji menurut pandangan Syariat Tharikat & Hakikat.
Didalam ilmu kesufian Pengertian Haji itu dibagi menjadi 3 macam.
-Pengertian Haji menurut syariat : adalah yang dikerjakan oleh umat Islam pada setiap bulan Dzulhijjah, pergi ke Baitullah dengan segala bekal dan persyaratan yang diperlukan untuk menunaikan ibadah haji.
Meninggalkan kampung halaman, harta benda, anak istri dan lain-lainnya semata-mata untuk mencari keridhoan Allah. Sebagai bekal untuk menunaikan ibadah haji adalah kesabaran, keimanan, keikhlasan keta’atan (istiqomah) dan ketaqwaan.
Hakikat dari haji syariat adalah mengosongkan hati dan fikiran dari mengingat sesuatu selain Allah dengan kodrat dan irodat NYA serta mengharap syafaat dari Rosulullah.
-Pengertian Haji menurut Tharikat : adalah naiknya seorang salik ke maqam Ruh, alam arwah, berbekal takut kepada Allah lahir dan bathin.
Kendaraannya adalah kemauan, tekad yang keras, teguh dan mantap, beristiqomah dalam melakukan perjalanan tarikat berdasarkan petunjuk guru pembimbing atau syeikh. Peralatannya adalah Dzikrullah.
-Pengertian Haji menurut pandangan Hakikat : adalah naiknya seorang salik ke martabat Wahdah, mereka sampai kepada Haq Allah Ta’ala melalui proses fana. Berbekal Mahabbah, rasa cinta kepada Allah, kendaraannya adalah Nur Ahadiyah, berdasarkan Hidayah Allah semata, tidak bisa didapatkan melalui usaha. Guru pembimbingnya adalah Mukasyafah (terbuka hijab) dari Haq Allah, peralatannya adalah Haibatul Jalal dalam hati, sehingga hatinya cemerlang dengan Jalalul Haq, keagungan Allah, maka ketika itu sampailah ia kepada Tuhan, yang menemaninya adalah Tajalil Jamal, Cahaya Allah.
Dengan demikian silahkan renungkan, pahami dan hayati sendiri, mulai dari haji syariat, haji tarekat, haji hakikat serta apa yang dimaksud haji mabrur.
Penjelasan singkat diatas difahami dan dimengerti bahwa Haji Tharikat lebih mulia dari pada haji syariat, karena pada haji tharikat si salik mencapai maqam Ruh, dimana Ruh adalah lebih mulia dari pada seluruh makhluk lainnya.
Demikian juga haji hakikat tentu lebih mulia dari pada haji tharikat, karena haji hakikat telah mencapai martabat Wahdah, hakikat daripada Ruh yang berarti mi’raj, mencapai pencerahan jiwa yang sempurna.
Ternyata tidak harus ke Mekkah bila ingin berhaji, jika ada ummat muslim yang tidak mampu dalam segi harta dan kesehatannya jangan berkecil hati, karena rukun islam kalian tetap sempurna dimata Allah, insyaAllah Allah melihat kesungguhan kalian untuk mencapai haji secara tharikat dengan melalui ujian keikhlasan. Tanpa uang setiap orang bisa mencapai haji tharikat, asalkan hatinya bersih yang dibersihkan melalui proses berdzikir, dan jika dikaruniakan oleh Allah akan bisa naik ketingkat haji hakikat.
Itulah haji sejati, haji yang sebenar-benarnya haji.
Firman Allah :
- Jangan mempersekutukan-ku dengan apapun, sucikanlah rumah-Ku bagi mereka yang thowaf, berdiri, ruku dan sujud ~ (AL HAJJ 22 : 26).
- Ikhlas kepada Allah (semata) dan tiada mempersekutukan-Nya ~ (AL HAJJ 22 : 31)
- Bukan daging dan bukan pula darahnya, yang sampai kepada Allah adalah ketakwaanmu ~ (AL HAJJ 22 : 37)
- Ikhlas itu adalah salah satu rahasia-Ku yang Aku titipkan di dalam hati orang-orang yang Aku cintai. Malaikat tidak mengetahui ke ikhlasan seseorang, sehingga malaikat tidak bisa mencatatnya dan setanpun tidak bisa mengetahuinya, sehingga setan tidak bisa merusaknya ~ (HADITS QUDSI)
- Dan lengkapilah perbekalan, perbekalan yang terbaik adalah takwa. Dan patuhlah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai pikiran ~ (AL BAQARAH 2 : 197)
- Hai keturunan Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan (sebagai) perhiasan (bagimu), namun pakaian berupa takwa itu lebih baik ~ (AL A’RAF 7 : 29)
Mengutip syair Syech Jalaluddin Rumi.
Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji. Dia tidak di Salib.
Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.
Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.
Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah.
Dan ke Kandahar Aku memandang.
Dia tidak di dataran tinggi maupun dataran rendah.
Dengan tegas aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan). Di sana cuma ada tempat tinggal (legenda) burung Anqa.
Aku pergi ke Ka’bah di Mekkah.
Dia tidak ada di sana. Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filosuf
Dia ada di luar jangkauan Avicenna.
Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.
Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya.
Dia tidak di tempat lain. Baca Juga : Ibadah-haji
Ternyata Tuhan tidak ada di Mekkah dan rumah-Nya pun tidak dibuat dari batu bata. Qolbu mukmin baitullah. Itulah baitullah yang hakiki, buatan Allah sendiri.
Syariat tanpa hakikat adalah fasik, sedangkan hakikat tanpa syariat adalah zindik, bila seseorang melakukan kedua-duanya maka sempurnalah kebenaran itu. Wallahu a'lam
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....