ALLAH SUMBER DARI SEGALA SUMBER CAHAYA

Faham wahdat al wujud Ibnu Arabi ialah wahdat al wujud dari kalimat tauhid Laa Ilaha Illa Allah, yakni keesaan wujud.  maksudnya tiada wujud selain Allah dialam ini, sedang wujud segenap alam adalah bersifat bayang-bayang atau majazi yang diartikan tidak ada sesuatu pun yang memiliki wujud hakiki kecuali Tuhan. Sementara alam atau segala sesuatu selain Tuhan keberadaannya adalah karena diwujudkan oleh Tuhan. Karena dilihat dari segi keberadaannya dengan dirinya sendiri, alam itu tidak ada (ma’dum) tetapi jika dilihat dari segi "keberadaannya karena wujud Tuhan" maka jelaslah bahwa alam itu ada (maujud) atau lebih tepatnya alam hanyalah bayang-bayang Tuhan Artinya tak akan ada gambar bayangan bila tidak ada wujud benda yang membayanginya.

Yang dimaksud kesatuan wujud yang dikatakan syech ibn arabi dalam faham wahdat al wujud secara esensialnya adalah wahdatus syuhud (kesatuan penyaksian), bukan Allah menjadi wujud makhluk atau bertempat didalam makhluk, Allah itu tiada bertempat atau mengambil tempat di segenap alam ini, namun Allah Meliputi segenap Alam ini, Huwal Awwalu Wal Akhiru Wal Zahiru Wal Bathinu Wa Huwa Bi Kulli Syai'in Alim (Dia yang awal Dia yang Akhir Dia yang zahir Dia yang Bathin dan Dia meliputi segala alam).

Sahabatku meksipun kita menyadari bahwa sesungguhnya seluruh alam semesta ini diciptakan dari Nur Muhammad dan Nur Muhammad dari Nur Allah, namun semua perwujudannya hanya tampil sebagai bayang-bayang saja, ibarat terang dan gelap, jauh dan dekat, baik dan buruk, siang dan malam.

Jika seorang salik tidak mampu melihat Allah yang meliputi cahaya di balik semua gambaran yang kerlap-kerlip ini, berarti ia sebenarnya masih dalam kebingungan terhadap bayang-bayang eksistensial dan awan-awan realitas yang berubah-ubah.

Jalaluddin Rumi menuliskan didalam bait Syair Puisinya :
Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan: "Aku tidak tersembunyi, tinggi atau rendah Tidak di bumi, langit atau singgasana. Ini kepastian, wahai kekasih, Aku tersembunyi di qalbu orang yang beriman. Jika kau mencari Aku, carilah di qalbu-qalbu ini."

Allah telah menjadikan hati manusia sebagai wadah untuk memandang kepada hamba-Nya dan sekaligus tempat memandang hamba kepada Tuhannya.

Ibarat hati itu laksana cermin dan Allah laksana Matahari. Engkau tidak akan mampu melihat matahari secara langsung, tetapi engkau hanya bisa melihat matahari hanya melalui cermin, di dalam cermin itu engkau dapat menyaksikan gambar atau bentuk matahari.

Ibn arabi berkata :
“Makhluk ini hanyalah majazi (bayangan) dan bila diperbanyak cerminnya maka terlihat banyaklah makhluknya”

Jadi jika engkau letakkan seribu cermin itu, maka pada setiap cermin akan engkau lihat bentuk matahari, namun yang engkau lihat itu bukan matahari yang sesungguhnya tetapi hanya pantulan cahayanya saja, matahari yang sesungguhnya hanya satu yang tak mampu engkau lihat karena keterbatasan mata di dalam memandangnya, dikarenakan sangat terangnya cahaya matahari itu.

Jadi demikian halnya dengan hati manusia, semua manusia telah dibekali Allah dengan hati, agar dengan hatinya itu mereka dapat menyaksikan Tuhannya. hati manusia itu memiliki mata bashirah, yang disebut mata hati (fuad), dengan mata hati inilah manusia itu dapat menyaksikan Allah.

Lalu apa mata hati itu? kenapa mata hati itu dapat menyaksikan Allah?
jawab : Mata hati itu adalah cermin apabila mata hati kita telah bersih sehingga menerima pantulan cahayaNya dengan jelas, maka dengan cahaya itulah kita dapat menyaksikan Allah yang ghaib itu.

Contohnya Apabila engkau berjalan di tengah kegelapan, dapatkah engkau melihat sekelilingmu? tentu tidak, karena mata tidak dapat melihat dikegelapan, tetapi bila engkau membawa lentera yang bersumber dari CahayaNya, maka engkau dapat melihat yang ada sekelilingmu ditengah gelap gulita tersebut.

Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang membuat engkau bisa melihat di tengah kegelapan itu? jawabannya adalah dikarenakan adanya cahaya, jadi yang menampakkan jalan dihadapanmu itu adalah cahaya, bukan mata anda, sebab mata tidak dapat melihat dikegelapan.

Jadi mengapa kebanyakan manusia saat ini tidak mengenal Allah, itu disebabkan karena hatinya tidak bercahaya, kenapa hati tidak bercahaya, tentu disebabkan karena hatinya kotor. lalu bagaimana cara membersihkan hati itu agar tidak kotor, jawabannya adalah dengan mempelajari Ilmu Hati (Ma'rifatullah).

Ibnu Atha’illah berkata :
“Alam ini semuanya tampak gelap. Ia terang hanya karena tampaknya Allah di dalamnya. Barangsiapa melihat alam, tetapi tidak menyaksikan Tuhan didalamnya, padanya, sebelumnya, atau sesudahnya, maka ia benar-benar memerlukan cahaya, dan “matahari” makrifat terhalangi baginya oleh “awan” benda-benda ciptaan". Baca Juga : Biografi-syaikh-hamzah-fansuri

Penciptaan manusia memiliki makna dan tujuan yang khusus, yang berasal dari nur azali, oleh sebab itu lihatlah yang selalu ada di balik pengalaman duniawi yang tampak ini sebagai hikmah dan pelajaran, Syuhudul kasrah fi wahdah, dan Syuhudul wahdah fi kasrah.

Maka marilah kita belajar dan belajar menangkap cahaya Tuhan yang menyelimuti alam ini. Berusaha mendekat dan mendekat. Memahami dan mengenali tentang Sang Maha Pencipta, Yang Maha Memelihara, Mengatur dan Memberi rezeki, Sumber dari segala sumber cahaya, Asal dari segala asal. Wallahu A'lam

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

UKRAINA

My blogs

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

SEBASTOPOL

🔂 FOLLOWERS