TUHAN SULIT DIKENAL SELAMA MASIH ADA KEGELAPAN DOSA

Maulana Jalaluddin El-Rumi pernah bercerita didalam karangan bukunya.

Bahwa ada orang India membawa seekor gajah ke suatu negeri yang penduduknya belum pernah melihatnya. Mereka menempatkan gajah itu di sebuah rumah yang gelap tanpa cahaya. Lalu, orang-orang pun masuk ke rumah itu satu demi satu untuk merabanya.

Begitu mereka keluar dari rumah itu, masing-masing pun bercerita tentang apa yang ditangkap indera perabanya. Seseorang yang tangannya meraba belalai mengatakan: gajah itu seperti terompet!

Yang meraba telinganya mengatakan: gajah itu seperti kipas!

Orang tinggi yang bisa meraba punggungnya mengatakan: gajah itu seperti kasur!

Sedang si pendek yang hanya bisa meraba kaki-kakinya mengatakan: gajah itu seperti tiang!

Mereka semua tidak bersepakat. Masing-masing meyakini bahwa apa yang dirabanya itu benar-benar mewakili makhluk gajah tersebut.

Akhirnya Mereka pun saling klaim dan mengaku yang paling benar.

Dari cerita Rumi tersebut tampak bahwa pemahaman setiap orang pasti berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan adanya ruang yang terbatasi tabir gelap (Hijab) yang melingkupi para penafsir (peraba).

Faktor kegelapan inilah yang mengakibatkan mereka saling memunculkan pemahaman yang beragam. Padahal, kalau saja ada pelita (cahaya di dalam ruangan itu) pasti mereka akan paham dan mengerti bahwa wujud-mutlak (gajah di atas) adalah kesatuan dari temuan-temuan mereka.

Dari cerita diatas Jalaluddin El-Rumi ingin menyampaikan dua pelajaran hikmah bagi kita.

Pertama) kebenaran yg diturunkan Tuhan (dalam hal ini ayat suci) dapat ditafsirkan oleh manusia secara berbeda beda tergantung sudut pandangnya. Dimana hal itu berdasarkan akal yang dimiliki manusia. Akal yang menghasilkan perbedaan tafsiran tersebut, Oleh karena itu, perbedaan merupakan sebuah keniscayaan atau sunnatullah.

Kedua) Tuhan akan sulit dikenal selama masih ada kegelapan dosa (hijab) yang menyelimuti jiwa manusia. Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh untuk mengenal Tuhan, para sufi terlebih dahulu melakukan tazkiyah an-nafs (penyucian jiwa). Baca Juga : Antara-ba-dan-nun

Jalaluddin El-Rumi Berkata:
“Alasan dunia ini diciptakan adalah untuk mengungkapkan apa yang harus diketahui, Dia menciptakan apa yang harus diketahui, sampai hakikat dirimu dikemukakan pada saatnya, belajar dan berjuang yang harus engkau lakukan dengan tekun untuk menyusuri jalan menuju pengungkapan hakikat diri, tubuhmu adalah poros yang terus berputar karena akalmu terus menarik benang, hanya mata yang dicerahkan yang mampu melihat rantai peristiwa ini”. Wallahu a'lam

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

SYAIKH SITI JENAR : AL-FATIHAH SALAH SATU KUNCI NGIBADAH

HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH AL BANJARI / DATUK ABULUNG - KESULTANAN BANJAR MARTAPURA

My blogs

AKAL SEHAT HARUS MENANG

MENYEBAR KE TIGA BELAS NEGARA : SEBERAPA MEMATIKAN VIRUS CORONA ?

🔂 FOLLOWERS