KISAH SUFI DAN AHLI AGAMA

Suatu ketika ada seorang ulama dan ahli agama yang merasa terusik ketika tahu bahwa ibu kandungnya ternyata telah berguru pada Kabir Sahib (1488 - 1512), seorang sufi yang dianggapnya mengajarkan paham sesat.

Ia bertanya kepada ibunya, “Apa yang ibu lihat pada diri Kabir?” Sang ibu menjawab, “Kabir adalah insan Allah.” Ulama itu tambah resah dan berkata, “Tetapi, bukankah setiap insan adalah insan Allah? Aku sendiri seorang ulama tapi mengapa ibuku sendiri harus berguru kepada orang lain yang dalam pandanganku adalah sesat?”

Sang ibu menjawab, “Benar, setiap insan memang insan Allah, tetapi pengetahuan belaka tidaklah cukup. Di antara mereka yang sadarpun hanya segelintir yang menerjemahkan kesadarannya dalam hidupnya sehari-hari. Kabir adalah seseorang yang menjalani kesadaran bersama Allah dalam hidupnya.”

“Jadi maksud ibu, aku tidak menjalankan kebenaran dalam hidupku?” tanya sang anak. “Maksudmu, kenapa aku tidak berguru kepadamu saja, bukan begitu?” sang ibu dapat membaca pikiran anaknya. Sang ibu juga berkata,“Aku akan berguru kepadamu bila kau berhasil menaklukkan Kabir dalam perdebatan tentang kesadaran dan kebenaran tentang Allah.”

Sang ulama langsung meninggalkan rumah dan mendatangi Kabir. Saat itu putri Kabir berada di luar rumah, tengah menyirami tanamannya. Ketika ditanya apakah itu rumah Kabir, ia menjawab: “Rumah Kabir yang sebenarnya ada jauh di “atas bukit”. Jalan ke sana panjang dan licin. Seekor semut pun sulit untuk mencapainya. Bagaimana kau dapat mendatanginya?” Tiba-tiba Kabir keluar dari dalam rumah dan menyalaminya, “Sungguh beruntung aku… Sungguh beruntung pekarangan rumahku sehingga seorang ulama besar seperti Anda berkenan untuk datang berkunjung ke gubukku yang sederhana ini...”

Dengan penuh rasa bangga sang ulama langsung menjawab, “Kedatanganku ke sini adalah atas perintah ibuku. Aku datang ke sini untuk berdebat dengan Anda tentang kebenaran Allah.” Kabir menjawab, “Apa yang harus diperdebatkan? Kebenaran adalah kebenaran. Lagipula ilmuku sungguh sangat rendah. Aku cuma seorang miskin dan tukang tenun biasa. Kau adalah seorang ulama besar yang luar biasa. Ilmumu sudah pasti tinggi sekali. Bagaimana aku bisa berdebat denganmu?”

Sang ulama puas dengan jawaban itu, “Tetapi Kabir, dapatkah kau menuliskan hal itu sehingga aku dapat meyakinkan ibuku.” Kabir menjawab, “Dengan senang hati, bahkan aku akan menulis bahwa aku telah tertaklukkan olehmu dalam perdebatan denganmu.” Sang ulama sungguh bahagia. Dia menawarkan kertas dan pena. Kabir menulis sesuai dengan apa yang dikatakannya. Dalam perjalanan pulang, sang ulama berulang kali membaca tulisan Kabir dan kebanggaannyapun semakin bertambah.

Tetapi aneh, sesampai di rumah dan saat surat itu dibaca oleh ibunya, tulisannya sudah berubah : “Kabir telah menaklukkan ego ulama yang mendatanginya.” Sang anak yang pandai agama itupun naik pitam, “Ibu masih tidak sadar, Kabir itu seorang sesat dan penyihir! Apa yang ibu baca sekarang berbeda dari apa yang ditulisnya tadi.” Sang ibu menjawab: “Yang mengubah tulisan bukan Kabir si tukang tenun itu, tetapi Dia, Tuhan Yang Maha Besar nak. Ego dan pikiranmu tidak perlu terusik. Dia berkenan untuk menyadarkan dirimu melalui peristiwa ini. Dia, Tuhan Yang Maha Agung telah menyapamu Nak. Dia sedang menyentuh hati dan jiwamu. Sadarlah, Nak.” Dan sang ulama itupun menyadari kesalahannya. Baca Juga : Sadari-rasa-ketuhanan-ada-pada-dirimu

Seorang sufi sejati, dia yang telah mengenal Sang Ilahi, dan kalimat seorang sufi memang sulit dipahami hanya dengan logika manusia biasa..

Maaf untuk yang inbox pada saya dan bertanya pada saya, tidak saya jawab.. karena saya bukan seorang sufi sejati.. saya hanya sebatas menyampaikan saja.. bertanyalah pada guru disekitar anda sekalian. Wallahu a'lam

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

UKRAINA

My blogs

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

SEBASTOPOL

🔂 FOLLOWERS