MEMBACA KITAB LAUHUL MAHFUZH
Nabi Muhammad membaca bukan dengan huruf-huruf, karena nabi adalah seorang yang ummi, tapi nabi membaca langsung pada kitabNya "lauhul mahfuzh" (lembaran yang terpelihara).
Para Arifbillah berkata :
Seluruh ilmu Allah tertuang di kitabNya yang nyata (lauhul mahfuzh).
Dan kitab yang nyata di kumpulkan pada kitab-kitab para RasulNya.
Kitab kitab para Rasul di kumpulkan pada kitab Alqur'an.
Dan kitab Alqur'an dikumpulkan pada surat Al-fatihah.
Dan surat Al-fatihah di kumpulkan pada lafadz basmallah.
Lafadz basmallah ilmunya dikumpulkan pada titik "ba"nya.
Dan barang siapa memahami ilmu titik "ba"nya bismillah.
Dia telah memahami ilmu Allah yang ada di lauhul mahfudz.
Dan barang siapa tidak memahami ilmu titik "ba"nya bismillah.
Jangankan memahami kitab di lauhul mahfudz.
Jangankan memahami Alqur'an.
Untuk memahami bismillahpun tidak akan bisa.
Makna Lauh Mahfuzh.
LAUH.
Yang di maksud lauh adalah lembaran pengetahuan, maka yang di maksud lauh adalah : adanya warna-warni, adanya rasa-rasa, adanya suara-suara dan adanya sesuatu dari timur kebarat utara ke selatan langit kebumi adalah lauh lembaran kitabNya, maka sangat terbentang luas lauh-Nya dari ujung timur sampai keujung barat dari ujung utara sampai keujung selatan dari langit sampai kebumi dari yang dzahir sampai bathin.
MAHFUZH.
Sedangkan mahfudz adalah terpelihara, tidak ada yang bisa merubah tidak ada yang bisa menghilangkan, tidak ada yang bisa merusak, artinya semua hukum pada lauh sudah terpelihara, rasa panas pada api, rasa dingin pada es tidak akan ada yang bisa merubahnya, rasa Sedih Bahagia, Cinta dan Benci sudah terpelihara dan pasti akan berjalan sesuai dengan hukum yang di peliharanya (mahfudz). Jika kita disakiti pasti akan sakit, jika kita di sayang pasti akan bahagia itulah mahfudz hukum lauh yang terpelihara.
Membaca Lauh Mahfuzh ialah ketika kita melihat warna maka yang di baca adalah bentuk warnanya. Ketika kita melihat warna merah maka kita akan mengatakan itu adalah warna merah, begitu juga ketika melihat gelap dan terang.
Ketika ada rasa panas dan dingin yang kita baca adalah rasa panasnya, rasa dinginnya bukan dari huruf-huruf yang mengatakan itu rasa panas, dinginnya. Ketika kita merasakan manis dan pahit maka yang kita baca adalah rasa manis dan pahitnya yang ada dilidah.
Ketika kita mendengar ada suara keras dan sunyi, maka yang di baca adalah suaranya yaitu suara kerasnya, suara sunyinya. Ketika kita mencium bau wangi maka yang dibaca adalah baunya, semua yang kita lihat dengar bau dan rasa dibaca bukan dengan huruf huruf.
Walaupun mengetahui hakikatnya
tapi tetap saja tidak akan bisa terjangkau membacanya kecuali orang yang sudah bersuci dan di sucikan.
Firman Allah:
"Dan yang sesungguhnya Alquran itu, yang ada dalam induk Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi dan amat banyak mengandung hikmah. (QS. 43:4)
"Tidak akan (bisa) menyentuhnya (al-qur'an di lauhul mahfudz) kecuali orang-orang yang disucikan." (QS.56:79)
Bersuci itu ada dua.
Bersuci dari hadats kecil dan bersuci dari hadats besar.
Hadats besar itu adalah hawa nafsu (keinginan diri).
Hadats kecil itu adalah nafs (diri).
Kedua-duanya adalah junub artinya menjauh atau memisahkan diri dari Allah.
Dengan bersuci yaitu, menghilangkan hadats kecil dan hadats besar. Menghilangkan dari hawa nafsu dan nafs diri.
Maka, tajallilah Allah yang maha suci, maka nyatalah Allah yang maha tinggi, sehingga apa saja yang di baca adalah dari Allah bukan dari nafs diri dan bukan dari keinginan nafsu.
Dengan begitu terbacalah lauhul mahfudz, kalamullah. Yang menjadi wahyu para nabi dan utusanNya.
yang menjadi hikmah para wali-waliNya
dengan hilangnya nafs diri dan hawa nafsu, yang berarti tajallinya Allah, maka turunlah wahyu dan hikmah.
Firman Allah :
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menuruti hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan(kepadanya)"(QS.53:3-4)
Dengan hilangnya nafsu dan hawa nafsu, maka yang ada hanya Allah dan kehendak Allah, maka turunlah Alqur'an dari lauhul mahfudz, karena nabi Muhammad membaca atas nama Allah bukan atas nama Muhammad tapi atas nama kehendak Allah bukan atas nama hawa nafsu (keinginan) Muhammad. Baca Juga : Mawlana-syaikh-nazim-al-haqqani
Firman Allah :
"Bacalah dengan (atas) nama Tuhanmu Yang menciptakan" (QS. 96:1).
Wallahu a'lam
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Trimkasih atas tulisannya, sangat memberi ilmu pengetahuan bg saya
BalasHapusSama bro
BalasHapus