MAWLANA SYAIKH NAZIM AL - HAQQANI
Dari buku The Path to Spiritual Excellence
Ibadah Haji adalah mempersiapkan diri hari ini untuk mendaki Gunung Arafat dan besok insya Allah, mereka akan berada di Hadirat Ilahi, berdiri dan memohon kepada Allah (swt) untuk membersihkan mereka dari segala dosa, memohon untuk dianugerahkan berkah dari Samudra Rahmat-Nya yang tak bertepi.
Barangkali sejak awal hingga sekarang belum pernah ada ibadah haji yang begitu padat. Hanya tahun ini hal itu akan terjadi, dan ini sangat penting karena ini adalah ibadah haji terakhir sebelum berakhirnya milenium kedua. Selain itu, tahun ini juga adalah Haji Akbar yang menurut tradisi Islam, dimuliakan tujuh puluh kali daripada haji biasa.
Grandsyekh ‘Abd Allah (q) berkata bahwa setiap tahun orang-orang yang telah dianugerahi undangan untuk berhaji datang dari segala penjuru di dunia. Di Hari Arafat, mereka mengucapkan Labbayk, Allaahumma labbayk, yang artinya :
Wahai Tuhan kami, dengan seluruh jiwa kami, fisik dan spiritual, kami memenuhi panggilan-Mu, sebagaimana Engkau telah memanggil kami untuk berhaji, mengunjungi Rumah Suci-Mu, Baytullah. Kami memenuhi panggilan-Mu dengan segala kerendahan hati kami. Labbayk. Kami datang pada-Mu. Kami meninggalkan segalanya dan kami penuhi panggilan-Mu: Labbayk, Labbayk, Allaahumma labbayk, labbayka laa syariika laka, labbayk. Tak ada yang dapat menjadi sekutu bagi-Mu. Kami tidak mendengarkan mereka, kami tidak meenghiraukan mereka, kami tidak menerima perintah mereka. Kami hidup hanya untuk-Mu, dan kami datang pada-Mu. Kami adalah hamba yang lemah, yang berasal dari umat hamba sejati-Mu. Labbayk, allaahumma labbayk, labbayka laa syariika laka labbayk, innal hamda wa ni’mata laka wal mulk, laa syariikalak.
Innal hamda. Segala pujian, segala rasa syukur yang dapat disampaikan kepada-Mu oleh hamba-hamba-Mu, itu semua adalah untuk-Mu, hanya untuk-Mu.
Wa ni’mata. Apa yang Engkau berikan kepada kami, hamba-Mu, dari setiap nikmat adalah hanya berasal dari-Mu.
Laka wal-mulk. Mulk, segala sesuatu yang ada, termasuk diri kami adalah milik-Mu. Laa syariika laka.
Tak ada yang dapat mengatakan bahkan satu atom terkecil pun, atau kurang dari itu bahwa itu adalah miliknya. Jika seseorang bisa mengatakan, “Atom itu adalah milikku,” Allah (swt) akan mengatakan kepadanya, “Bawa partikel kecil yang menjadi milikmu itu, dan pergilah!”
Atau jika ada yang mengatakan, “Galaksi yang berukuran raksasa itu adalah untukku,” Allah (swt) bisa mengatakan, “Ambil dan pergilah, pergi dari Wilayah-Ku!” Kepada siapapun yang mengklaim memiliki ini atau itu, Dia dapat mengatakan kepada mereka untuk membawanya dan kemudian pergi. Allaahu Akbar, jalla jalaluhu.
Jadi besok, ketika orang-orang tengah menunaikan ibadah hajinya, memanggil Tuhan mereka, Hijab Kebesaran akan terbuka dan Tuhan akan melihat mereka, dengan pandangan seperti sinar matahari, atau bahkan kurang dari itu, datang dan membersihkan, membersihkan, membersihkan, sampai mereka bersih sepenuhnya. Rahmat ini datang dan membungkus manusia. Grandsyekh berkata bahwa ketika terjadi Haji Akbar (haji di mana wuquf di padang Arafat jatuh pada hari Jumat-penerj.) dan Tuhan memandang hamba-hamba-Nya, anugerah itu akan datang pada mereka tujuh puluh kali, oleh sebab itu Haji Akbar setara dengan tujuh puluh kali ibadah haji.
Kaum Wahhabi tidak menerima hal ini. Mereka tidak percaya bahwa ada yang dinamakan Haji Akbar. Jadi kita mengambil berkahnya sedangkan mereka meninggalkannya. Besok hari itu akan tiba, insya Allahu Rahmaan.
Ada satu masalah atau satu hal, yang kita dapat bicarakan. Saya mendengar bahwa pemerintah Wahhabi bersama kaum Wahhabi sedang gemetar sekarang, karena begitu ramainya jemaah yang menunaikan haji di Mekah al-Mukarramah. Mereka gemetar karena menghitung ada lebih dari enam juta orang sekarang, tetapi Allah (swt) Mahatahu, mungkin ada tujuh juta orang atau lebih. Mazhab Wahhabi adalah aliran materialis, tidak pernah menerima spiritualitas dalam Islam. Mereka adalah orang-orang yang materialistis yang tumbuh dalam Islam, yang berpikir dan menulis tentang segala sesuatu dengan pandangan materialistik mereka, menghitung dan menyeimbangkan segala sesuatu.
Setelah Perang Dunia Kedua, tahun 1946, di mana pada tahun itu juga terjadi Haji Akbar, pertama kali terjadi setelah keadaan damai, saya berada di sana dengan Grandsyekh kita. Karena perang itu, maka tidak terlalu banyak orang yang bisa datang, di mana-mana tertutup. Saya ingat bahwa ada lebih dari dua juta jemaah berada di sana, dan pada saat itu masih ada bangunan-bangunan tua di Mekah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah yang dibangun oleh Kekaisaran Utsmani.
Saya ingat bahwa ketika kami selesai melaksanakan salat Jum'at terakhir di Masjidil Haram, syarafaha Allah, semoga Allah (swt) lebih memuliakannya, paling tidak ada satu juta orang atau lebih yang salat di sana, dan menurut ukuran Masjidil Haram asy-syarif, hanya seratus lima puluh ribu orang yang dapat memasukinya, tak lebih dari itu. Saya salat di dalam masjid, dan saya lihat di sekeliling Ka’bah masih ada tempat yang kosong untuk beberapa orang. Saya berada di sana.
Kaum Wahhabi mengatakan bahwa mereka harus menolong orang-orang, dan dalam hal ini mereka sungguh-sungguh mengklaim bahwa mereka harus menolong Allah (swt). Astaghfirullah, mereka membuat perluasan di Mekah al-Mukarramah agar orang-orang dapat beristirahat di sana, agar mereka bisa masuk dengan bebas, melaksanakan tawaf (mengelilingi Kabah-penerj.) dengan bebas, salat dengan bebas, dan tanpa berdesak-desakan. Mereka mulai melakukan renovasi. Tetapi semakin banyak mereka membuat perluasan, semakin banyak orang yang datang.
Saya pergi ke sana tahun demi tahun—1980 adalah haji terakhir bagi saya di mana tubuh fisik saya juga berada di sana—dan saya tidak pernah bisa lagi salat Jum'at di dalam gedung itu. Saya selalu salat di luar, salat dengan yang lainnya di jalanan.
Dan sekarang mereka membuatnya sedemikian besar sehingga mereka menyadari, “Oh, kita telah menghancurkan Mekah, tetapi orang-orang masih saja tidak bisa salat dengan nyaman di Masjidil Haram.” Mereka juga menghancurkan Madinah al-Munawwarah, tetap saja itu belum cukup besar untuk jemaah.
Lalu Setan mengajari mereka dengan mengatakan, “Buatlah kuota, batas.” Itu artinya sekarang mereka melakukan sesuatu yang lain yang bukan Rahmani, tetapi Setani, karena Setanlah yang mengajari mereka untuk membuat kuota bagi orang-orang yang mau menunaikan ibadah haji, memasuki tempat-tempat suci.
Mereka membuat banyak terowongan di bawah pegunungan di Saudi, jalan untuk mencapai Mina dan kemudian Arafat. Makin banyak mereka berusaha melakukan sesuatu, semakin majnun (gila) mereka, mereka semua. Padahal begitu sederhana resepnya: jangan sentuh apapun! Itu adalah undangan dari Tuhan bagi manusia. Siapapun yang diundang untuk datang mengunjungi Rumah Suci-Nya, Allah (swt) menanggung segalanya untuk para tamu-Nya, bukan manusia!
Kaum Wahhabi bagaikan batu karang; kepala mereka bagaikan batu karang, tidak pernah mengerti tentang spiritualitas. Itulah alasannya mengapa mereka gemetar sekarang, mereka bertanya, “Apa yang harus kita lakukan?” Biarkan orang-orang bebas! Mekah dan Madinah adalah untuk semua umat Muslim, mengapa membuat kuota yang bodoh untuk orang-orang? Biarkan mereka datang berkunjung. Jika mereka menyerahkan segala urusannya kepada Allah (swt), bahkan enam puluh juta orang dapat datang dengan mudah, karena malaikat akan meletakkan jalan di bawah mereka, jalan untuk bergerak bagi mereka, untuk datang dan pergi dengan lancar.
Saya juga mendengar bahwa mereka juga menghancurkan segala sesuatu di dalam Masjidil Haram asy-syarif untuk memudahkan orang melakukan tawaf, tetapi sekarang orang-orang melakukan tawaf di luar, dalam lingkaran yang besar. Apa itu?
Saya berada di sana pada tahun 1946, dan di kedua ujung Safa dan Marwah terdapat toko-toko, dan juga unta yang dapat berlalu-lalang di jalan dengan mobil-mobil dan orang-orang berjalan seperti ini, seperti itu, menyebrang jalan. Kami, orang-orang yang sedang menunaikan ibadah haji, melaksanakan sa’i dan bergerak dengan begitu mudahnya, dengan lebih dari dua juta orang. Sekarang, jika mereka sanggup, mereka akan membuat tujuh lantai untuk orang-orang, tetapi walaupun mereka membuat tujuh puluh lantai, orang-orang tidak bisa melakukan sa’i semudah yang kami lakukan pada saat itu.
Kadang-kadang kami berlari bersama unta, karena mereka juga melintasi jalan itu dan kami harus menuju tempat yang berada di sana. Dan pada saat kami berlari, mobil-mobil lewat bersama keledai-keledai, sehingga kami tidak bisa melanjutkannya. Tetapi kami sangat senang, melakukan sa’i. Sekarang subhanallah. Angkat tangan kalian dari Rumah Suci, Masjidil Haram asy-Syarif! Tinggalkan pada Allah (swt), dan Madinah al-Munawwarah, tinggalkan pada Nabi Muhammad (s)!
Para pejabat Wahhabi gemetar sekarang, “Bagaimana kami dapat mengontrol situasi?” Tinggalkan saja, ada yang mengontrol di sana, Muhafiz-u-Makka (Pelindung Mekah—Allah (swt)). Itu bukan tempat biasa. Mereka pikir itu adalah tempat biasa, karena tidak ada spiritualitas dalam diri mereka. Segala sesuatu mereka hitung, mereka masukkan ke dalam rekening mereka.
Besok, insya Allah akan menjadi Haji Akbar yang menutup abad ini dan kemudian pembukaan yang lain akan datang, insya Allah. Kami telah diberitahukan bahwa Shahib-uz-Zaman, Sayyidina Mahdi (a), dan khulafa-nya dan 12.000 awliya yang semuanya memiliki kekuatan untuk sampai di sana dalam sekejap mata, akan berada di sana besok. Dan akan ada sebuah munajat, doa yang sangat dahsyat yang akan mengubah segala sesuatu di tahun ini, insya Allah, kita harapkan demikian.
Ini adalah haji yang sangat istimewa. Bagi mereka yang tidak bisa datang ke sini tahun ini, tetapi telah mempersiapkannya namun karena pemerintah melarang mereka pergi, Allah (swt) mengutus malaikat-malaikat untuk mewakili mereka. Juga bagi orang-orang biasa yang mengatakan, “Jika saja kita sampai di Padang Arafat,” tetapi mereka tidak mampu, Allah (swt) telah menciptakan malaikat-malaikat untuk berada di Arafat mewakili mereka, untuk menerima nikmat-nikmat itu dari-Nya.
Besok, kalian harus berusaha untuk menyelesaikan:
1000 kali Surat al-Ikhlash
1000 kali laa ilaaha ill-Allah
1000 selawat: Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin wa sallim
100 kali laa ilaaha ill-Allah, wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiit, wa Huuwa ‘alaa kulli syay’in qadiir
100 kali wa laa hawla wa laa quwwata illa billaahil ‘Aliyyil Aazhiim
Dan pada setiap salat membaca takbiir: Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha ill-Allah, w’Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil hamd.
Semoga Allah (swt) mengirimkan hamba ilahiah-Nya untuk menyingkirkan segala yang bertentangan dengan-Nya. Semoga Dia mengutus singa-singa-Nya terhadap anjing liar, serigala, rubah, beruang, ular dan kalajengking (semuanya merupakan metafora dari karakteristik buruk manusia-penerj.), untuk menyingkirkan mereka semua.
Saya berdoa, “Wahai Tuhan kami, tak diragukan lagi bahwa Engkau memiliki singa-singa, dan bahkan satu saja sudah cukup. Engkau mengirimkan para malaikat kepada hamba tercinta-Mu, Muhammad (s) di Perang Uhud dan Badr, bahkan satu malaikat pun sudah cukup untuk menyingkirkan seluruh pasukan orang-orang munafik; tetapi Engkau mengirim ribuan malaikat, sehingga orang-orang beriman melihat dan menyaksikan para malaikat bersama mereka dan mereka mendapatkan keyakinan bahwa mereka akan menang. Oleh sebab itu, walaupun satu singa sudah cukup, kami tahu, lebih dari cukup, tetapi kami memohon agar singa-singa-Mu datang untuk menghancurkan kesultanan Setan dan melenyapkannya dari bumi!”
Jika Dia ingin menempatkan satu miliar orang di tempat ini, Dia dapat melakukannya, dan setiap orang bisa datang dan pergi dengan leluasa. Satu miliar orang bisa berada di tempat yang kecil ini. Dia dapat melakukannya; kalian harus percaya kepada Allah (swt), harus percaya pada kekuatan dan kemampuan-Nya yang tak terbatas, percaya pada kapasitas-Nya. Bagi-nya segala kemungkinan dapat terjadi, hanya bagi-Nya. Mengapa kalian mencoba untuk melakukan sesuatu? Semakin banyak kalian melakukan perbuatan yang salah ini, semakin banyak kesulitan yang akan datang, semakin banyak masalah dan krisis.
Haji pertama dan kedua begitu mudahnya, hingga mereka menghancurkan segala sesuatu, rumah-rumah tua, pada saat itu belum ada bangunan dari beton sama sekali, dan mereka menghancurkan setiap bangunan bersejarah, semuanya dihancurkan. Mereka membuat bangunan dari beton yang berukuran raksasa, sehingga orang-orang tidak lagi mampu menghirup spiritualitas di Mekah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. Orang-orang bahkan merasa bingung, dan mereka bertanya, “Ada di mana kita?”
Insya Allah, ketika Imam Mahdi (a) datang, ia akan menata kembali apa yang telah menyimpang. Itu adalah kekuatan iradah. Ketika seseorang diberikan kekuatan iradah itu, ia dapat mengatakan, “Jadilah! (kun fa yakuun),” maka terjadilah. Allah (swt) berfirman, “Wahai hamba-Ku, patuhlah kepada-Ku, dan Aku akan menjadikanmu salah satu orang-Ku (rabbani), dan Aku akan memberimu kekuatan dan otoritas untuk mengatakan sesuatu: ‘terjadilah! Maka terjadilah ia.”
Oleh sebab itu, jika Imam Mahdi (a) memerintahkan gedung-gedung itu untuk dihancurkan dalam satu malam, mereka semua akan hancur, dan di malam kedua, ketika ia memerintahkan untuk mengembalikan kembali bangunan-bangunan tua yang telah dihancurkan sebelumnya di Mekah al-Mukarramah dan di Madinah al-Munawwarah, maka hal itu akan terjadi. Orang-orang akan bergerak dengan mudah, melakukan tawaf dengan mudah, dan bergerak dengan mudah ke Mina dan Arafat, insya Allah,Al-Fatihah. Baca Juga : Disipilin-diri-wali-abul-husain-nuri.html
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....