SELAMAT DATANG GARBI DI IBUKOTA
Teman2, para sahabat dan pejuang. Akhirnya, anak-anak muda DKI, mengundang saya dan beberapa tokoh untuk hadir dan berbicara pada Deklarasi Gerakan Arah BARU Indonesia (GARBI), esok (3 Maret) di Epicentrum Jakarta. Tibalah GARBI di ibukota.
Mengingat nama tempat acara itu (EPICENTRUM), saya tertarik untuk menceritakan kembali perjalanan Gerakan Arah Baru Indonesia sebagai buah dari perjalanan gelombang kegelisahan anak-anak muda di negeri ini. Ini adalah kafilah.
EPICENTRUM dalam makna harfiah adalah daerah permukaan pada pusat gempa. Saya tak tahu, apa ini kebetulan. Tapi memang, guncangan kegelisahan anak-anak muda pada masa depan yang terkanalisasi dalam wadah GARBI, bermula dari gempa gejolak rasa jiwa dan pikiran muda.
Saya bersyukur ikut mengalami semua ini. Gejolak itu lahir secara natural, sebuah protes atas kezaliman. Lalu saya kemudian mengamati dan merenungi bahwa gelombang yang akan menentukan sejarah di masa depan memang harus dimulai dengan melawan kezaliman.
Dan memang sering kita dengar dan saya katakan bahwa dalam setiap 20 tahunan, negeri ini akan menghadapi gelombang sejarah. Ada siklus yang terus berulang yang harus kita siapkan kehadirannya. Kita hadapi, selancari atau kita tergilas oleh gelombang yg datang.
Coba lihat angka Mulai dari 1908, 1928, 45-48, 65-68, 78 hingga 1998. Ada semacam siklus tumbuh-layu-tumbuh kembali. Ujian 20 tahunan yang menguatkan bangsa ini. Mulai ujian nyali dan identitas, ujian ideologi dan persatuan, daya tahan, sampai kapasitas kolektif kita.
Lalu ada Perasaan yg mengatakan bahwa mendekati dan setelah 2018 akan terjadi guncangan awal yang menandai sesuatu. Sejak Januari 2016, saya katakan di hadapan teman2 mulai dari barat dan timur Indonesia: Bersikaplah, karena kalian akan menjadi pelaku sejarah perubahan!
Alarm jam gerakan telah berbunyi, dan aktivis harus turun tunaikan tugas Sejarahnya. Dulu kita turun pada 98. Mengoreksi arah yang salah dari perjalanan Orde Baru. Kini kita persiapkan diri untuk memberikan arah yang benar dari perjalanan bangsa ini.
Beragam acara dibuat, Temanya "Pemimpin Baru, Arah Baru memimpin Indonesia Baru". Pemimpin, Arah dan Indonesia. Tiga tema yang dibahas dalam pusaran tata Dunia Baru. Menghasilkan kesimpulan prediktif: Indonesia akan mengalami benturan.
Kesimpulan prediktif itu menuliskan; bahwa Indonesia akan menjadi ajang pertarungan negara-negara besar dan kita tidak cukup antisipatif untuk meliuk diantara dua karang raksasa sebagaimana pernah diceritakan oleh Hatta; mungkin ekonomi, mungkin juga ideologi.
Tiba-tiba suhu Jakarta sejak Oktober 2016 memanas. Rupanya ada guncangan yang justru digerakkan oleh ormas Islam. Berawal dari pidato Al-Maidah 51 oleh Gubernur DKI, rakyat kemudian tersadarkan bahwa ada kekuatan besar yang ingin terlibat menentukan arah Jakarta dan Indonesia.
Entahlah apa yang terjadi, mungkin itu semua kita anggap kesimpulan yang melompat atau gerakan yang emosional tanpa dasar, atau hanya sentimen sesaat. Tapi, lihatlah apa yang terjadi, gerakan ini tak ada niat berhenti, menjalar dan terus merangsek dan bergolak.
Baru kali ini kita melihat aktivis-aktivis masjid kampung, orang-orang desa, emak-emak menjadi pelopor perubahan. Dulu kita berharap pada punggung anak-anak muda. Tapi rupanya, kegeraman dan kegelisahan rakyat nampak sekali sudah berada di ujung kepala.
Lalu terciptalah gelombang protes pertama di bulan Oktober. Berlanjut ke 411 dimana saya juga terlibat dan membersamai dalam momentum aksi umat tersebut. Hingga kemudian estafeta gerakan itu menciptakan momen fenomenal: Aksi 212! Bisakah ini kita sederhanakan?
Inilah puncak dari seluruh kegelisahan yang pernah saya katakan di forum-forum pemuda mulai dari Sabang, Banda Aceh, Makassar, Ternate, Jakarta, Padang, Lombok dan seterusnya. Kegelisahan akan menjadi gelombang, kita berada di tepi sejarah perubahan!
Jakarta adalah EPICENTRUM. Rakyat dan umat memenangkan pertarungan politik ditengah gempuran kekuatan modal yang tidak terbayangkan besarnya. Berkat persatuan, solidaritas, dan kesadaran, gelombang kegelisahan RAKYAT menghadirkan kemenangan pada Pilgub DKI.
Kenapa DKI penting? Karena ini adalah wajah nasional kita. Siapa yang memenangkan pertarungan politik di DKI, maka ia selangkah lebih maju dalam mempersiapkan kemenangan dalam pertarungan elektoral nasional. Sekali lagi Jakarta adalah EPICENTRUM
Memang Kemenangan gelombang pertama adalah DKI. Tapi masih ada Gelombang lanjutan. Rakyat dan bangsa harus menang. Sebab, kemunafikan sudah sedemikian akut. Penyakit harus diobati. Kerusakan harus diamputasi. Dan kegilaan harus dikoreksi.
Untuk mempersiapkan gelombang lanjutan, teman-teman berkumpul kembali, mereka yang kini sudah alumni mahasiswa dan kaum pergerakan, mencanangkan sebuah gerakan bernama 'Pawai Kebangsaan'; dari titik 0 di Sabang ke seluruh Indonesia.
Pawai Kebangsaan bergerak dimulai dari 0 kilometer Sabang, Aceh. Berlanjut hingga ke banyak daerah di seluruh Indonesia. Mengabarkan kepada seluruh aktivis dan kaum muda pergerakan: "Bersiaplah, gelombang besar sudah didepan mata. Ayo kita Pimpin perubahan!"
Pawai Kebangsaan adalah perjalanan dengan rute panjang yang menjalin dan menyatukan seluruh pikiran dari satu generasi baru bangsa ini atas masa depan yang diinginkan dari negeri tempat mereka berpijak.
Pawai Kebangsaan kemudian dilanjutkan dengan Ngopi Bareng Fahri (NBF) yang tak sekedar berjumpa dan bertukar kata, atau bercanda soal kopi dan revolusi dan minum kopi semata. Tapi juga menjalin ikatan emosional dalam satu mimpi dan cita-cita menghadirkan ARAH BARU INDONESIA.
Indonesia Baru yang kami cita-citakan bukan Indonesia yang menjadikan agama sebagai sumber konflik, stigmatisasi, persekusi dan curiga. Tapi Indonesia yang menjadikan agama sebagai sumber kekuatan, inspirasi, hidup damai, bahan bakar perjuangan dan nilai bersama berbangsa.
Indonesia Baru yang kami cita-citakan, bukanlah Indonesia yang menjadikan tanah air kami sebagai lapak jualan bagi asing yang bebas datang dan pergi. Tapi Indonesia Baru yang kami cita-citakan, Indonesia dengan keadilan ekonomi, dimana tanah air kami untuk kemakmuran rakyat semuanya.
Indonesia Baru bukanlah Indonesia yang menciptakan ketakutan gaya baru pada warga negara dengan kekuasaan yang menindas, penuh ketidakadilan dan penuh keserakahan. Tapi Indonesia Baru bagi kami adalah Indonesia yang mampu menempatkan seluruh warga negaranya di tempat terhormat.
Indonesia Baru bagi kami bukanlah yang mengekang inovasi, menciptakan rasa takut berpendapat, menebar ancaman-ancaman yang mengkerdilkan jiwa. Indonesia Baru bagi kami, Indonesia yang rakyatnya merdeka, leluasa berkarya, gandrung dengan percakapan publik dan hidup dengan cita-cita yang tinggi.
Mimpi Indonesia Baru seperti mimpi yang menggedor-gedor relung jiwa kami. Seperti ada suara yang mengatakan: inilah saatnya menciptakan gelombang. Maka, pada 3 Februari 2018, lahirlah tema "Arah Baru Indonesia" dalam sebuah pertemuan lanjutan kaum pergerakan.
Saya katakan pada momentum itu: mari kita kumpulkan kembali jiwa Indonesia yang hilang atau berserak, jiwa yang harus selalu menjaga marwah reformasi. Kata Bung Karno, revolusi tidak pernah berhenti. Maka perlu anak muda yang menjaga bara api revolusi Indonesia.
Dalam pertemuan aktifis pergerakan itu, Anis Matta sebagai pemikir pergerakan didaulat memberikan Saran Arah Gerakan, memberikan orasi yang menginspirasi. Juga dengan tema sama, Arah Baru Indonesia. Dalam pidato inspiratif itu beliau membakar optimisme kita tentang masa depan.
Arah Baru Indonesia yang mencirikan kemajuan bangsa kita dengan tolok ukur “Sebagai kekuatan 5 besar dunia, ditopang oleh teknologi, ekonomi, dan militer”. Teknologi yang mengubah kehidupan, ekonomi yang tumbuh progresif, dan militer yang kuat yang berwibawa dan disegani dunia.
Itulah inspirasi dari Anis Matta tentang Arah Baru Indonesia. Hingga sampailah kita di sini. DKI adalah provinsi ke 30 yang sudah mendeklarasikan GARBI . Dimana-mana Gerakan Arah Baru Indonesia disambut gegap gempita. Seperti gemuruh suka cita menyambut perubahan di negeri ini.
Saya juga heran, sebab ternyata kegelisahan yang menjalar di seluruh negeri ini tidak tampil dalam jutaan wajah murung. Tapi hadir dalam wajah ceria yang tak berkesudahan. Seperti isyarat bahwa kita akan melalui gelombang sejarah, dan bangsa ini akan menang.
Seperti isyarat perubahan harus dijalani dan dipandu perjalanannya dengan sukacita. Tidak ada yang lebih indah dari menjadi seorang pelopor dan pejuang bagi sebuah negeri. Ada pesan ustad Anis Matta, “Santai saja kita akan melompat jauh” atau beliau katakan "Jangan lupa bahagia".
Demikianlah suasana kita hadir di Deklarasi Garbi DKI besok di EPICENTRUM. Suasana akan bergairah. Gema dan gelora jiwa harus tiba ke seantero Indonesia. Ini proklamasi tentang masa depan kita. Ini manifesto perjuangan kita.
Dan Seperti kata-kata tanpa suara malam terdengar: Masa depan negeri ini adalah milik kami; anak-anaknya dan kami siap menjalaninya, kami siap hadir apa adanya. Kami siap korbankan segalanya sebab Indonesia adalah takdir kami seterusnya. Allahuakbar! Merdeka!
Sampai jumpa di EPICENTRUM bersama banyak tokoh bangsa, TERIMA KASIH.
Sumber : Twitter @Fahrihamzah 22:21 2/3/2019 dan Fanspage. Baca juga Usul-sandiaga-uno-soal-wisata-halal
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....