YANG MENANG MONYET
YANG MENANG MONYET
Kalau ada yang tidak melihat kezaliman dengan mata hatinya, semoga Allah membutakan mata fisiknya.
Koruptor itu jahat.
Begal itu jahat.
Perampok dan pemerkosa jahat.
Penista Agama itu jahat...
....
Tapi mulai hari ini, di negeri ini saja. Memaki predikatnya (bukan orangnya) dapat membuat anda masuk penjara.
...
Inilah negara hukum warisan rezim sekarang. Waspadalah!
Tapi yang lebih tragis dari semua itu adalah karena pemerintah memilih-milih dari semua yang dianggap sebagai kejahatan serupa: “Siapa yang akan dipenjara dan mana yang akan hanya penghias berita”. Inilah pemandangan kita hari ini. Nusantara mendung, bangsa meneteskan airmata.
Saya ingat ceramah KH. Zainuddin MZ. Saya dengar saat SMP. “Dalam negara yang hukumnya pandang bulu, maka yang menang adalah yang banyak bulu-nya. Siapa dia? Dia itu monyet!”.
Demikiankah negara hukum yang akan kita warisi?
Saya menyatakan Tidak!
Semakin banyak alasan untuk tidak tinggal diam kawan, pikiran yang adil harus jadi pegangan, dan memperjuangkannya adalah kewajiban. Kita harus melawan kezaliman itu di manapun tempatnya dan siapapun pelakunya.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya. (Almaidah:2)
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. (Almaidah:8).
Negara, sebagai organisasi bersama adalah harapan. Harapan bagi pencari keadilan dan harapan bagi siapapun dengan latar yang beragam sebagaimana telah kita sepakati dalam konstitusi negara. Mari kita selamatkan negara dari kecenderungan perbuatan zalim.
Melindungi negara dari kezaliman adalah dengan terus menolak perbuatan zalim di dalamnya. Sebab negara tidak selalu benar, negara tidak harus menang. Kebenaran-lah yang jadi pedoman bukan kekuasaan. Teruslah melawan kawan!
Aku adalah korban kezaliman, dari orang-orang yang mengaku terbiasa melekatkan diri dengan nama Tuhan. Tapi, tetap harus dilawan. Jangankan atas nama negara, atas nama Tuhan pun, kezaliman harus dilawan. Sebab ini adalah penyalahgunaan nama Tuhan dan Negara.
Di atas teks seriap keputusan hakim ada tertulis, “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Maka, atas nama Tuhan pula kita menggugat kezaliman. Sebab manusia tempat alpa dan lemah. Melawan Kezaliman adalah cara menegakkan akal budi manusia dan cinta Tuhan.
Semoga Tuhan menolong kita, dan semoga kita terus terbangun melawan lupa dan melawan kezaliman kepada manusia dan seisi dunia. Selama berjuang kawan! Allah maha besar! Merdeka!
Sumber : Twitter @Fahrihamzah 29/1/2019 dan fanspage. Baca juga Hukum-yang-sedang-jadi-hamba-kekuasaan
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Sang wali nyentrik, Syekh Siti Jenar, menghadirkan kearifan spiritual Islam di Tanah Jawa. Tujuan utama ajaran Syekh Siti Jenar adalah mengajak manusia selalu tumbuh berkembang seperti pohon Sidratul Muntaha; selalu aktif, progresif dan positif; membangkitkan Ingsun Sejati melalui tauhid al-wujud atau yang dikenal secara lokal dengan Manunggaling Kawula-Gusti.
BalasHapusGerakan yang dilakukan Syekh Siti Jenar bersumbu pada pembebasan kultural, pembebasan kemanusiaan dari kungkungan struktur politik berdalih agama sekaligus pembebasan dari pasungan keagamaan yang formalistik.
SYAIKH SITI JENAR VS UNDANGAN KERAJAAN DEMAK DAN SEKARANG TIMBUL ISLAM NUSANTARA VS ISLAM ARAB.
BalasHapusSEMUA PERTIKAIAN INI BERNUANSA AGAMA DOKTRIN BERAFILIASI PADA KEKUASAAN KEPEMERINTAHAN DAN ORGANISASI KEPARTAIAN . JADILAH UMAT ISLAM IBARAT BUIH DITEPI PANTAI.
MARI KITA SIMAK SERAT EMPAT PULUH DUA DARI SITI JENAR............
“Bonang, kamu mengundang saya datang di Demak. Saya malas untuk Datang, sebab saya merasa tidak di bawah atau diperintah oleh siapapun, kecuali oleh hati saya. Perintah hati itu yang saya turutinya, selain itu tidak ada yang saya patuhi perintahnya. Bukankah kita sesama mayat? Mengapa seseorang memerintah orang lain? Manusia itu sama satu dengan yang lain, sama-sama tidak mengetahui siapa Hyang Sukma itu. Yang disembah itu hanya nama-Nya saja. Meskipun demikian ia bersikap sombong, dan merasa berkuasa memerintah sesama bangkai.” .
Ihsan berasal dari kondisi hati yg bersih. Dan hati yg bersih adalah pangkal serta cermin seluruh eksistensi manusia di bumi. Keihsanan melahirkan ketegasan sikap dan menentang ketundukan membabi-buta kepada makhluk. Ukuran ketundukan hati adalah Allah atau Sang Pribadi. Oleh karena itu, sesama manusia dan makhluk saling memiliki kemerdekaan dan kebebasan diri. Dan kebebasan serta kemerdekaan itu sifatnya pasti membawa kepada kemajuan dan peradaban manusia, serta tatanan masyarakat yg baik, sebab diletakkan atas landasan Ke-Ilahian manusia. Penjajahan atas eksistensi manusia lain hakikatnya adalah bentuk dari ketidaktahuan manusia akan Hyang Widhi…Allah (seperti Rasul sering sekali mengatakan bahwa “Sesungguhnya mereka tidak mengerti”).
Karena buta terhadap Allah Yang Maha Hadir bagi manusia itulah, maka manusia sering membabi-buta merampas kemanusiaan orang lain. Dan hal ini sangat ditentang oleh Syekh Siti Jenar. Termasuk upaya sakralisasi kekuasaan Kerajaan Demak dan Sultannya, bagi Syekh Siti Jenar harus ditentang, sebab akan menjadi akibat tergerusnya ke-Ilahian ke dalam kedzaliman manusia yang mengatasnamakan hamba Allah yg shaleh dan mengatasnamakan demi penegakan syari’at Islam.