MALIK BIN DINAR DAN SEORANG PEMUDA
Malik bin Dinar mempunyai tetangga yang masih muda sedangkan tingkah lakunya sangat berandal dan mengganggu ketentraman. Malik sering terganggu dengan tingkah laku si pemuda berandal ini, namun dengan sabar dia menunggu sampai ada orang yang mau menegur pemuda ini. Tatapi orang-orang malah datang kepada Malik dan mengeluh mengenai kelakuan pemuda itu. Maka pergilah Malik menemui pemuda tersebut dan meminta agar ia mau mengubah kelakuannya.
Dengan bandel dan seenaknya si pemuda menjawab, “Aku adalah kesayangan sultan dan tidak ada seorangpun yang dapat melarang atau mencegahku untuk berbuat sekehendak hatiku”.
“Aku akan mengadu kepada sultan”, Malik mengancam.
“Sultan tidak akan mencela diriku”, jawab si pemuda. “Apapun yang kulakukan sultan menyukainya”.
“Baiklah jika sultan tidak dapat berbuat apa-apa”, Malik meneruskan ancamannya, ”aku akan mengadu kepada yang Maha Pengasih”, sambil menunjuk ke atas.
“ALLAH?”, jawab si pemuda. “Ia terlampau Pengasih untuk menghukum diriku ini” Jawaban ini membuat Malik bin Dinar bungkam, tak dapat berkata apa-apa.
Si pemuda ditinggalkannya. Beberapa hari berlalu dan tingkah laku si pemuda semakin melampaui batas. Sekali lagi Malik pergi untuk menegur si pemuda, tapi di tengah jalan ia mendengar seruan yang ditujukan kepadanya : ”Jangan engkau sentuh sahabatKu itu!”
Masih dalam keadaan terkejut dan gemetar Malik menemui si pemuda. Melihat kedatangan Malik, si pemuda menyentak, ”Apa pulakah yang telah terjadi hingga engkau datang ke sini untuk kedua kalinya?”
Malik menjawab, ”Kali ini aku datang bukan untuk mencela tingkah lakumu, aku datang semata-mata untuk menyampaikan kepadamu bahwa aku telah mendengar seruan yang mengatakan…”.
Si pemuda berseru :”Wahai! Kalau begitu halnya, maka gedungku ini akan kujadikan sebagai tempat beribadah kepadaNya. Aku tidak peduli lagi dengan semua harta kekayaanku ini.”
Setelah berkata demikian, ia pun pergi meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya dan mengembara di atas dunia ini.
Malik bin Dinar mengisahkan bahwa beberapa lama kemudian dia bertemu dengan pemuda tadi di Mekkah dalam keadaan terlunta-lunta menjelang akhir hayatnya.
“Ia adalah sahabatku” si pemuda berkata terengah-engah. “Aku akan menemui Sahabatku.” Setelah berkata demikian ia lalu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Malik-bin-dinar-al-sami-seorang-budak
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....