ALAM INSAN 1
Amalan Syareat
mengharapkan Surga, Amalan Hakekat mengenal Diri kita, jaganlah
dibanding-bandingkan ilmu yang ada agar bisa bertambah ilmu didada
Adapun Alam Insan atau
disebut juga dengan Alam ke-tujuh sudah terkandung didalam surah Al-Ikhlas, di mana surah
Al-Ikhlas di dalam Al Quran telah menceritakan tentang ke-wujud-an Allah s.w.t.
yang menjadikan Rahasia manusia itu sendiri dan menceritakan pula ke-wujud-an
Allah untuk ditanggung oleh manusia
sebagai Rahasianya.
Proses pemindahan atau
tajalli Zat Allah itu bermula dari alam Ghaibul Gaib kealam Ghaib hingga
membentuk diri Lahir dan Batin.
Pada tahap martabat Alam
Gaibul Gaib, keadaan ini merupakan suatu martabat yang paling tinggi dan suci
disisi Allah s.w.t. dan inilah martabat yang paling benar-benar di-ridhoi oleh
Allah s.w.t.
Diri manusia pada
martabat INSANUL KAMIL adalah sebatang
diri yang suci mutlak pada zahir dan batin. Tiada cacat dan celanya dengan
Allah s.w.t. yaitu tuan Empunya Rahasia, sebab itu Rasulullah s.a.w pernah
menegaskan dalam sabdanya, bahwa kelahiran seorang bayi itu dalam kedaan yang
suci, tetapi yang membuatnya menjadi kotor itu adalah ibu bapaknya dan
masyarakat, serta hanyutnya manusia itu sendiri di dalam gelombang godaan
kehidupan di dunia ini.
Adalah menjadi tanggung
jawab seorang manusia yang ingin menuju ke jalan kesucian dan makrifat kepada
Tuhan-nya untuk mengembalikan dirinya ke suatu tahap yang bernama manusia KAMIL AL-KAMIL
(sempurna) ataupun dinamakan tahap
martabat Alam INSAN.
Adapun martabat
pe-WUJUD-an Diri Rahasia Allah s.w.t. itu terbagi dalam tujuh kategori atau
peringkat tajalinya, yaitu :
Ahdah
Wahdah
Wahdiah
Alam Roh
Alam Misal
Alam Ijsam
Alam Insan
Ketujuh-tujuh ini
terkandung di dalam Surah Al- Ikhlas, yaitu :
Qulhuawallahu ahad =
Ahdah
Allahussamad = Wahdah
Lamyalid = Wahdiah
Walamyulad = Alam Roh
Walamyakullahu = Alam
Misal
Kuffuan = Alam Ijsam
Ahad = Alam Insan
Dalam proses menyucikan
diri dan mengembalikan Rahasia kepada tuan Empunya Rahasia, maka seorang
manusia itu haruslah meningkatkan kesuciannya sampai ke peringkat asal kejadian
Rahasia Allah Ta’ala.
Manusia harus melewati
beberapa tahapan mulai alam insan ke martabat
Zat Allah Azzawajalla yaitu martabat AHDAH. Sebab itulah tugas kita
manusia mengenal hakekat ini dan berusaha sedaya-upaya untuk mengembalikan
amanah Allah s.w.t. tersebut sebagaimana proses penerimaan amanah-Nya pada
peringkat awalnya.
Sesudah lahir ke
dunia manusia dihijab dengan nafsu-nafsu
dan haruslah manusia itu menyucikan kembali agar dapat menembus satu martabat
nafsu ke satu martabat nafsu yang lain sampailah benar-benar tahu dengan Allah s.w.t.
Sesungguhnya Allah
s.w.t. dalam usaha untuk memperkenalkan diri-Nya melalui lidah dan hati, maka
Allah telah mentajalikan dirinya menjadi rahasia kepada diri manusia.
Pada alam Gaibul Gaib
yaitu pada martabat Ahdah, kondisi ini dikatakan belum ada awal dan belum ada
akhir, belum ada SIFAT, belum ada ASMA dan belum ada apa-apa satupun jua yaitu
pada martabat ZATUL HAQ, disini telah di putuskan untuk memperkenalkan diri-Nya
dan untuk diberikan tanggung jawab berat ini kepada manusia, maka ditajalikan-lah
diri-Nya itu dari satu peringkat ke peringkat berikutnya hingga sampai zahirnya
manusia yang berbadan Rohani dan Jasmani.
Adapun martabat Ahdah
ini terkandung didalam ayat Qulhuallahu Ahad yaitu pada zat semata-mata dan inilah dinamakan
martabat ZAT.
Pada martabat ini
kedudukan diri Empunya Diri (Zat Al-Haq)
adalah dengan DIA semata-mata yaitu dinamakan Diri Sendiri.
Pada masa ini, tiada
SIFAT, tiada ASMA dan tiada AFA’AL dan tiada apa-apa, kecuali zat mutlak
semata-mata, maka berdirilah zat itu dengan DIA SEMATA-MATA, dan diri zat
tersebut dinamakan Esa atau AHAD atau dinamakan KUN ZAT.
Pada peringkat yang
kedua dalam proses mentajalilkan diri-Nya, Diri Empunya Diri telah
mentajalilkan diri ke suatu martabat sifat yaitu SABIT NYATA PERTAMA.
Pada martabat ini
dinamakan martabat Noktah Mutlak (Noktah Ghaib) ataupun dipanggilkan juga sifat
Muhammadiah
Pada martabat ini juga
dinamakan martabat WAHDAH yang terkandung didalam ayat Allahussamad yaitu tempatnya zat allah
s.w.t., tiada terang sedikitpun hal ini meliputi tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
Pada peringkat ini Zat
Allah Ta’ala mulai bersifat. Sifatnya itu adalah sifat batin, jauh dari nyata
dan hal ini bisa diibaratkan seperti sebatang pohon yang masih didalam biji,
pohon tersebut telah wujud, tapi tidak nyata, sebab itulah dinamakan Sabit
Nyata Pertama pada martabat La ta’yan Awal.
Oleh karena itu didalam
martabat ini keadaan-nya NYATA TAPI TIDAK NYATA (wujud pada hakiki) sama sekali
tidak zahir. Maka pada peringkat ini tuan Empunya Diri tidaklah ber-ASMA, dan
di peringkat inilah terkumpul zat mutlak (ZatulHaq) dan sifat Batin. Maka
disaat ini tidaklah berbau, belum ada rasa, belum nyata didalam nyata, pada
peringkat ini sebenarnya pada hakiki sifat (kesempurnaan sifat), ZatulHaq yang
ditajallikan itu telah sempurna, sudah lengkap segala-galanya. Hai ini semua
terhimpun dan sembunyi tapi sesungguhnya telah zahir pada hakekatnya. BACA SKP : ALAM INSAN 2
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....