ALAM INSAN 3
Ber-awal alam Insan ini
terkandung dalam AHAD yaitu satu, dalam keadaan itu ter-kumpul-lah seluruh
proses per-WUJUD-an diri Rahasia Allah s.w.t. di-dalam tubuh atau badan Insan
yang telah bernafas dan dilahirkan-lah kea lam Dunia ini.
Dari sini dapat
di-simpul-kan bahwa alam insan ini merupakan suatu alam yang mengumpulkan
Proses-proses Pe-nyata-an (alam-alam) yang telah kita bahas pada Alam Insan I
dan II.
Karena hal ini merupakan
per-kumpul-an seluruh alam-alam lain, maka mulai alam ini juga tugas manusia
untuk mengembalikan(balik) kembali Diri Rahasia Allah kepada Tuan Empunya Diri,
dan proses penyerahan kembali Diri Rahasia itu, hendaklah dimulai dan disiapkan
dari alam Dunia ini.
Sesungguhnya tujuan
utama kita mengkaji Martabat Alam Insan ini adalah untuk memahami dengan suatu
pegangan yang mutlak bahwasanya diri kita ini sebenar-benarnya bukan diri kita. Kita
harus-lah mengetahui pada hakekatnya dari mana asal usul diri kita ini
sebenarnya sehingga hadir di-alam Dunia ini, disamping itu kita juga harus
mengetahui kemana diri kita harus di-kembalikan dan apa pula tujuan kita
di-zahir-kan ke muka bumi ini.
Sesungguhnya, dengan memahami
tentang Martabat Alam Insan maka sudah pasti kita dapat memahami bahwa diri
kita adalah Sifat Allah s.w.t semata-mata.
Diri SifatNya-lah yang
ditajallikan untuk menyatakan Dirinya sendiri.
Sesungguhnya Allah
s.w.t, Tuhan semesta alam menyatakan Dirinya (ZatNya) dengan SifatNya sendiri
yaitu pada alam Shagir dan alam Kabir, dan sesungguhnya Allah s.w.t memuji
dirinya dengan AsmaNya sendiri dan menguji SifatNya dengan AfaalNya sendiri.
Firman Allah s.w.t dalam
Al-Quran
Surah Al-Qasaf ayat 77
“La illaha illa hua
kulli syain khalik illa wajhat lahull hukmu wailaihi turja’un”
Artinya : Tiada yang
nyata (pada alam shagir dan alam kabir) kecuali ZatNya semata-mata,
sesungguhnya setiap yang wujud dan zahir ini tiada, kecuali wujud wajahNya
semata-mata, sesungguhnya Dia sajalah yang ber-haq atas sesuatu dan
kepadaNya-lah harus dikembalikan.
Pembahasan-pembahasan
dalam Martabat Alam Insan sebenarnya adalah kita membicarakan hal tentang diri
kita sendiri, yaitu diri kita sebagai Sifat Allah s.w.t. yang ditajalikan
daripada alam Ghaibul ghaib (Martabat Ahdah) hingga Zahirnya diri kita yang
bersifat diri Muhammad.
Oleh karena itu
sadari-lah bahwa wujud dan zahirnya diri kita ini bukan-lah sekali-kali diri
kita melainkan sebenarnya diri Allah yang menyatakan kepada DIA Tuhan semesta
alam semata-mata.
Ketika kita membicarakan
Hakekat Usul Diri kita, maka banyak orang mengatakan bahwa diri kita adalah
dari Adam as, akan tetapi jarang sekali orang bertanya dari mana Hakekat Usul
Diri Adam as. Baca juga Imam-junaid-al-baghdadi-ulama-sufi
Tentunya per-soalan-nya
menjadi rumit bukan?
Persoalan-persoalan
beginilah yang sering “digantung” oleh
para ulama syareat.
Kalau-lah jasad Adam as
dari segumpal tanah hitam? Maka dari mana pula Usul Diri Adam as itu sendiri
(diri bhatin)?
Tetapi apabila kita
memahami perbincangan tentang Martabat Alam Insan ini, maka tentunya kita dapat
memahami Hakekat Usul Diri kita sebenarnya, oleh sebab itu betapa penting-nya
pembahasan Martabat Alam Insan ini di-pahami secara mendalam, terutama bagi
kita yang sedang menuju kepada Allah s.w.t. menelusuri jalan Hakekat dan
Makrifattullah.
Marilah kita sadar
bersama, bahwasanya diri kita adalah Sifat diri Tuhan semesta Alam jua, tiada
diri kita sebenarnya hanya diriNya semata-mata, kita datang dari alam Ghaibul
Ghaib pada Martabat Ahdah, Nyata dan zahirnya kita sebagai SifatNya pada
Martabat alam Insan (tubuh manusia itu sendiri)
Seperti firman Allah
dalam Al-Quran : “innalillahi wainna illaihi roji’un”
Artinya : Sesungguhnya
dirimu itu Allah (Tuhan asal dirimu) dan hendak-lah kamu pulang menjadi Tuhan
kembali.
Dengan memahami secara
mutlak perbincangan kita ini, maka sudah pasti-lah kita mengetehui bahwa asal
kita adalah Tuhan pada Martabat Ahdah dan Nyatanya kita sebagai SifatNya pada
martabat Alam Insan dan sesungguhnya dari Martabat Alam Insan inilah kita harus
berangkat men-suci-kan sifat diri kita ini dari martabat Sifat kepada Martabat
Tuhan kembali yaitu martabat asal diri kita itu sendiri.
Jika di-ibarat-kan diri
kita ini asalnya air maka kita sekarang berada didalam bentuk sifat air yang
membeku maka menjadi tanggung jawab kita mengembalikan diri kita dari air yang
membeku hancur (melebur) menjadi air semula seperti sedia kala. BACA POST : BADAI IRMA MENERJANG FLORIDA AS
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....