ILMU HAKIKAT ADALAH CARA MENGENALI DIRI SENDIRI DARI AIR YANG BEKU
Jangan-lah
gampang mengatakan sesat, niscaya kata sesat itu akan balik pada diri sendiri
yang mengatakan !!!!!!!!!!!!!
1.5 ALAM MISAL
Dalam pengajian Ilmu Hakekat berulang kali
saya katakan agar TIDAK mendatangi atau menyampaikan pengetahuan ini
kepada Ulama Syareat dan di anjurkan hanya bertanya, berguru kepada ahli
Hakekat lagi Makrifat lagi Mursyid saja.
Selain dari cara syareat dan cara
tarekat, terdapat satu lagi cara untuk merapatkan hubungan dengan tuhan yaitu
dengan cara hakekat. Cara hakekat merupakan cara yang
ketiga yaitu satu cara mendalami ilmu dengan menyelami dan mengenali diri
sendiri, yang merupakan satu–satu-nya jalan yang dilalui oleh wali-wali
Allah, arifbillah, para aulia dan muqarabin. Mereka yang menjalani pengajian ilmu
hakiki ini akan ber-ikhtiar dengan tekun dan tabah untuk merapatkan hubungan
dirinya dengan Allah s.w.t, dengan cara membongkar, menyelidiki dan menyaksikan
diri sendiri yaitu diri rahasia yang di tanggung oleh dirinya dan berusaha
untuk membentuk dirinya menjadi KAMIL-MULKAMIL. Bagi mereka yang ingin melalui cara hakiki
ini di sarankan terlebih dahulu melalui cara Tarekat, hingga dia berhasil
membersihkan dirinya dari segala bentuk syirik “saghir”, syirik “khafi” dan
syirik “jalli.”Mereka hendaklah menjalani perguruan
dengan guru-guru hakiki dan makrifat serta muryid yang mempunyai pengetahuan
yang luas serta mencapai pula ke tahap martabatnya.Untuk pengetahuan lebih jelas silahkan
bertanya dengan guru-guru makrifat lagi mursyid. BACA POST : HAKEKAT PERNIKAHAN SEBAGAI SARANA MENEMUI ALLAH
Orang-orang hakiki yang sampai pada martabatnya bukan saja mulia di sisi
Allah tetapi mendapat kemulian juga di tengah masyarakat. Adalah perlu
ditegaskan di sini bahwa maklumat akhir pengajian HAKEKAT adalah untuk
megembalikan diri Asal Mu ke semula yaitu Allah pada Zahir dan Batin. Tiada
sesuatu apapun pada dirinya kecuali Allah semata-mata.Untuk itu pengajian hakekat ini harus
ada kesinambungan dengan pengajian Makrifat. Sesungguhnya kata hakekat dan
makrifat dua perkataan yang tidak bisa di pisahkan.
MARTABAT TUJUH
Ketika kita berbicara tentang Alam
Tujuh atau Martabat Tujuh, maka hal ini tidak lepas dari mem-bicara-kan “Asal
Mu Mula Balik Semula Pada Tuhan” Firman Allah s.w.t. “Innalillah Wa inna ilai-i rajiun” Maksud dan tujuan ayat ini adalah “Asal Mu Allah Balik Mu semula Allah”.
Disini ada dua aspek utama yang
di-maksud-kan :
Asal kejadian manusia yang dinyatakan
melalui penjelasan pada Martabat Tujuh Atau Martabat Alam Insan. Balik Mu semula
Allah yaitu persiapan untuk menyerahkan atau mengembalikan Diri rahasia yang di
kandung oleh jasad sebagaimana asalnya suci dan bersih.
Diri Empunya Diri, mentajallikan
dirinya dari satu martabat ke satu martabat atau dari satu alam ke satu satu
alam.
Dalam hal kita membicarakan alam atau
Martabat Tujuh atau Martabat Alam Insan, maka hal ini terkandung di dalam Surah
Al-Ikhlas yaitu dalam hal menyatakan tentang kewujudan Allah yang menjadi diri
rahasia kepada manusia itu sendiri dan membicarakan tentang proses
peng-wujud-an Allah untuk diterima oleh manusia sebagai diri rahasianya.
Proses pemindahan atau Tajalli Zat
Allah s.w.t. bermula dari Alam Gaibul Gaib, terbentuk diri zahir dan diri batin
manusia ketika mulai bernafas di dalam kandungan ibu, kemudiannya zahir ke
dunia yaitu karena pada martabat Gaibul-Gaib adalah merupakan martabat manusia yang
paling tinggi, suci dan inilah martabat yang benar-benar di redhoi oleh Allah
s.w.t.
Diri manusia pada martabat
“Insannul-Kamil” adalah sebatang diri yang suci mutlak pada zahir dan batin,
tiada cacat celanya dengan Allah s,w.t. yaitu Tuan Empunya Rahasia. Oleh karena
itu Rasulullah Muhammad s.a.w. pernah menegaskan dalam sabdanya :
“bahwa kelahiran seseorang bayi itu
dalam keadaan yang suci, tetapi yang men-corak-kannya menjadi kotor adalah
ibu-bapaknya”.
Jadi ibu-bapak-lah yang mencorakkan
sehingga menjadi kotor termasuk masyarakatnya, bangsanya dan juga negaranya.
Oleh karna itu adalah menjadi
tanggung-jawab seorang manusia yang ingin kembali menuju jalan kesucian dan
makrifat kepada Tuhannya, selayaknyalah dia mengembalikan dirinya kesuatu tahap
yang dikenali “Kamilul-Kamil” atau di namakan tahap Martabat Alam Insan.
Dalam membicarakan tingkatan atau
martabat pentajallian Allah Tuan Yang Empunya Diri yang menjadi rahasia manusia
adalah melalui tujuh tingkatan.
Tingkatan tersebut secara umumnya seperti berikut :
1. Ahdah – Alam Lahut – Martabat Zat
2. Wahdah – Alam Jabarut – Martabat
Sifat
3. Wahdiah – Alam Wahdiah – Martabat
Asma
4. Alam Roh – Alam Malakut – Martabat
Afa’al
5. Alam Misal – Alam Bapak
6. Alam Ijsan – Alam Ibu
7. Alam Insan – Alam Nyata
1.1 ALAM AHDAH
Pada Alam Gaibul-Gaib yaitu pada
martabat Ahdah di mana belum ada sifat, belum ada ada asma’,belum ada afaal dan
belum ada apa-apa lagi yaitu pada Martabat LA TAKYIN, Zatul Haq telah
menegaskan untuk memperkenalkan DiriNya dan untuk diberi tanggungjawab ini
kepada manusia dan di tajallikanNya DiriNya dari satu peringkat ke peringkat
sampai zahirnya manusia berbadan rohani dan jasmani.
Adapun Martabat Ahdah ini terkandung
ia di dalam Al-Ikhlas pada ayat pertama yaitu “QulhuwallahuAhad”, yaitu Sa pada
Zat semata-mata dan inilah dinamakan Martabat Zat. Pada martabat ini diri
Empunya Diri (Zat Ulhaki) Tuhan Rabbul Jalal adalah dengan dia semata-mata
yaitu di namakan juga Diri Sendiri. Tidak ada permulaan dan tiada akhirnya
yaitu Wujud Hakiki lagi Qadim.
Pada kondisi ini tiada sifat, tiada
Asma dan tiada Afa’al dan tiada apa-apa pun kecuali Zat Mutlak semata-mata maka
berdirilah Zat itu dengan Dia semata-mata dai dalam keadaan ini dinamakan AINUL
KAFFUR dan diri zat dinamakan Ahdah jua atau di namakan KUNNAH ZAT.
1.2 ALAM WADAH
Alam Wahdah merupakan peringkat kedua
dalam proses pen- tajallian-nya, Diri Empunya Diri telah mentajallikan diri ke
suatu martabat sifat yaitu “La Tak Yan Sani” – sabit nyata yang pertama atau
disebut juga martabat noktah mutlak yaitu ada permulaannya.
Martabat ini di namakan martabat
Noktah Mutlak atau dipanggil juga Sifat Muhammadiah. Martabat ini dinamakan
martabat Wahdah yang terkandung pada ayat “Allahus Shomad” yaitu tempatnya Zat
Allah tiada terlindung sedikit pun meliputi 7 lapis langit dan 7 lapis
bumi.
Pada peringkat ini Zat Allah Taala
mulai bersifat. SifatNya itu adalah sifat batin jauh dari Nyata dan bisa di
umpamakan sebuah pohon besar yang subur yang masih di dalam biji, tetapi
ia telah wujud, tidak nyata, tetapi nyata sebab itulah ia di namakan Sabit
Nyata Pertama martabat “La Takyin Awwal” yaitu keadaan nyata tetapi tidak nyata
(wujud pada Allah).
Maka pada peringkat
ini tuan Empunya Diri tidak lagi Ber-as’ma dan di peringkat ini terkumpul Zat
Mutlak dan Sifat Batin. Maka di saat ini tidaklah berbau, belum ada rasa, belum
nyata di dalam nyata yaitu di dalam keadaan apa yang di sebut ROH-IDDHAFI.
Pada peringkat ni
sebenarnya pada Hakiki Sifat. (Kesempurnaan Sifat) Zat Al Haq yang di tajallikan-nya
itu telah sempurna cukup lengkap segala-gala. Ia terhimpunan dan tersembunyi di
samping telah zahir pada hakikinya.
1.3 ALAM WAHDIAH
Pada peringkat
ketiga setelah tajalli akan dirinya pada peringkat “La takyin Awal”, maka
Empunya Diri kepada Diri rahasia manusia ini, mentajallikan pula diriNya ke
satu martabat as’ma yaitu pada martabat segala Nama dan dinamakan martabat
(Muhammad Munfasal) yaitu keadaan terhimpun lagi bercerai-berai atau di namakan
“Hakekat Insan".
Martabat ini
terkandung didalam “Lam yalidd” yaitu Sifat Qadim
lagi Baqa, tatkala menilik wujud Allah. Pada martabat ini keadaan tubuh diri
rahasia pada masa ini telah terhimpun pada hakikinya Zat, Sifat Batin dan Asma
Batin. Apa yang dikatakan berhimpun lagi bercerai-berai kerana pada peringkat
ini sudah dapat di tentukan bangsa masing – masing tetapi pada masa ini belum
zahir lagi di dalam Ilmu Allah yaitu dalam keadaan “Ainul Sabithaah”. artinya
sesuatu keadaan yang tetap dalam rahasia Allah, belum ter-zahir, malah untuk
mencium baunya pun belum bisa. Dinamakan juga martabat ini wujud Ardhofi dan
martabat wujud Am karena wujud di dalam sekalian bangsa dan wujudnya bersandarkan
Zat Allah Dan Ilmu Allah.
Pada peringkat ini
juga telah terbentuk diri rahasia Allah dalam hakiki dalam batin yaitu dapat
dikatakan juga roh di dalam roh yaitu pada menyatakan NYATA TETAPI TIDAK NYATA.
1.4 ALAM ROH
Pada peringkat ke
empat di dalam Empunya Diri, Dia menyatakan, mengolahkan diriNya untuk
membentuk satu batang tubuh halus yang dinamaka ROH. Jadi pada peringkat ini
dinamakan Martabat Roh pada Alam Roh.Tubuh ini merupakan tubuh
batin hakiki manusia dimana batin ini sudah nyata Zatnya, Sifatnya dan
Afa’alnya.
Pada saat ini
menjadi sempurna, cukup lengkap seluruh anggota-anggota batinnya, tida cacat,
tiada cela dan keadaan ini dinamakan (Alam Khorijah) yaitu Nyata lagi zahir
pada hakiki daripada Ilmu Allah. Tubuh ini dinamakan “Jisim Latiff” yaitu satu
batang tubuh yang liut lagi halus. yang tidak akan mengalami cacat cela dan
tidak mengalami suka, duka, sakit, menangis, gembira dan hancur binasa, dan
inilah yang dinamakan “KholidTullah”.
Pada martabat ini
terkandung di dalam “Walam Yuladd“. Dan berdirilah ia dengan diri
tajalli Allah dan hiduplah ia buat selama-lamanya. Inilah yang dinamakan
keadaan Tubuh Hakekat Insan yang mempunyai awal tiada kesudahannya, dialah yang
sebenarnyanya dinamakan Diri Nyata Hakiki Rahasia Allah dalam Diri Manusia.
1.5 ALAM MISAL
Alam Misal adalah
peringkat ke lima dalam proses pentajallian Empunya Diri dalam menyatakan
rahasia diriNya untuk di tanggung oleh manusia. Untuk menyatakan dirinya Allah
S.W.T., terus menyatakan diriNya melalui diri rahasiaNya dengan lebih nyata
dengan membawa diri rahasiaNya untuk di kandung pula oleh bapak yaitu dinamakan
Alam Misal.
Untuk menjelaskan
lagi Alam Misal ini adalah dimana unsur rohani yaitu diri rahasia Allah belum
bercantum dengan badan kebendaan. Alam misal jenis ini berada di Alam Malakut.
Ia merupakan peralihan daripada alam Arwah (alam Roh) menuju ke alam Nasut maka
itu dinamakan ia Alam Misal di mana proses peryataan ini, peng-ujudan Allah
pada martabat ini belum zahir, tetapi Nyata dalam tidak Nyata.
Diri rahasia Allah
pada martabat Wujud Allah ini mulai di tajallikan kepada ubun-ubun bapak, yaitu
permidahan dari alam roh ke alam Bapak (misal).
Alam Misal ini
terkandung di dalam “Walam yakullahu” dalam surah
Al-Ikhlas yaitu dalam keadaan tidak bisa dibayangkan. Dan seterusnya menjadi
“DI”, “Wadi”, “Mani” yang kemudiannya di salurkan ke satu tempat yang bergabung
di antara diri rahasia batin (roh) dengan diri kasar Hakiki di dalam tempat
yang dinamakan rahim ibu. Maka terbentuklah apa yang
di katakan “Manikam” ketika berlangsung persetubuhan antara laki-laki dengan
perempuan (Ibu dan Bapak).
Perlu diingat tubuh
rahasia pada masa ini tetap hidup sebagaimana awalnya tetapi di dalam keadaan
rupa yang elok dan tidak binasa dan belum lagi zahir. Dan ia tetap hidup tidak
mengenal akan arti mati.
1.6 ALAM IJSAN
Pada peringkat ke
enam, setelah rahasia diri Allah pada Alam Misal yang di kandung oleh bapak,
maka berpindah pula diri rahasia ini melalui “Mani” Bapak ke dalam Rahim Ibu
dan inilah dinamakan Alam Ijsan.
Pada martabat ini
dinamakan martabat “Inssanul Kamil” yaitu batang diri rahsia Allah telah
di-Kamilkan dengan kata diri manusia, dan akhirnya ia menjadi “KamilulKamil”.
yaitu menjadi satu pada zahirnya kedua-dua badan rohani dan jasmani. dan
kemudian lahirlah seoarang insan melalui faraj ibu dan sesungguhnya martabat
bayi yang baru dilahirkan itu adalah yang paling suci yang dinamakan
“InnsanulKamil”.
Pada martabat ini
terkandung di dalam “Kuffuan” yaitu terkumpul
dalam keadaan “KamilulKamil dan nyawa pun di masukkan dalam tubuh manusia.
Setelah cukup
waktunya maka diri rahasia Allah yang menjadi “KamilulKamil” itu di lahirkan
dari perut ibunya, maka di saat ini sampailah ia ke Martabat Alam Insan.
1.7 ALAM INSAN
Pada alam ke tujuh
yaitu alam Insan ini terkandung di dalam “Ahad” yaitu sa (satu). Di
dalam keadaan ini, maka berkumpullah seluruh proses peng-wujud-an dan peryataan
diri rahasia Allah s.w.t. di dalam tubuh badan Insan yang mulai bernafas dan di
lahirkan ke Alam Dunia yang Fana ini. Maka pada alam Insan ini dapatlah di
katakan satu alam yang mengumpul seluruh proses pentajallian diri rahasia Allah
dan pengumpulan seluruh alam-alam yang di tempuh dari satu peringkat ke satu
peringkat dan dari satu martbat ke satu martabat.
Oleh kerana hal ini
merupakan satu perkumpulan seluruh alam-alam lain, maka mulai alam dunia yang
fana ini, ber-mula-lah tugas manusia untuk mengembalikan balik diri rahsia
Allah itu kepada Tuan Empunya Diri dan proses penyerahan kembali rahasia Allah
ini hendaklah ber-awal dari alam Dunia ini, oleh karena itu persiapan untuk
balik kembali ke asalnya mula kembali mu ke semula hendaklah dimulai dari
sekarang juga (titik)
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....