UJIAN MURID TERHADAP ILMU PEMBERIAN GURU
UJIAN
SEORANG MURID
Junaid lalu meminta setiap santri untuk menceritakan bagaimana mereka melaksanakan tugasnya. Santri pertama berkata bahwa ia telah pergi membeli ayam, membawanya ke rumah, lalu mengunci pintu, menutup semua jendela, dan membunuh ayam itu. Santri kedua bercerita bahwa ia membawa pulang seekor ayam, mengunci rumah, menutup jendela, membawa ayam itu ke kamar mandi yang gelap, dan menyembelihnya di sana. Santri ketiga berkata bahwa ia pun membawa ayam itu ke kamar gelap tapi ia juga menutup matanya sendiri. Dengan itu, ia fikir, tak ada yang dapat melihat penyembelihan ayam itu. Santri yang lain pergi ke hutan yang lebat dan terpencil, lalu memotong ayamnya. Santri yang lain lagi mencari gua yang amat gelap dan membunuh ayam di sana.
Sang Guru menjelaskan bahwa murid inilah yang sudah benar-benar sampai kepada pelajarannya dimana dia selalu diawasi oleh Allah SWT.
Mari kita tumbuhkan kesadaran dalam diri kita bahwa tidak ada yang hebat dari murid Guru, yang hebat adalah Guru sedangkan murid akan tetap murid. Kalaupun diberikan suatu kekeramatan itu tidak lain merupakan bentuk kasih Guru kepada kita dan kita tidak akan mampu menduduki maqam itu secara abadi.
Penutup tulisan ini saya mengutip nasehat Syaikh Naqsyabandi kepada murid-muridnya mudah-mudahan berguna untuk kita semua:
“Suatu saat kalian akan berada pada maqam sangat tinggi, bisa terbang, kebal, bisa menghilang dan bahkan kalian bisa menghidupkan orang mati. Akan tetapi ingatlah wahai muridku, bahwa itu bukan maqam kalian tapi itu maqam Gurumu, kalau kalian tetap disitu maka tanpa sadar akan disusupi oleh syaitan. Kembalikan semua itu kepada-Nya dan teruslah merendah dan menjadi murid yang baik. Guru itu adalah murid yang siddiq dari Gurunya”.
Junaid Al-Baghdadi, seorang tokoh sufi, mempunyai anak didik
yang amat ia senangi. Santri-santri Junaid yang lain menjadi iri hati. Mereka
tak dapat mengerti mengapa Syaikh memberi perhatian khusus kepada anak itu.
Baca juga : LENGKAP BERZUHUD TIDAK PERNAH MAKAN
Suatu saat, Junaid menyuruh semua santrinya untuk membeli ayam di pasar untuk kemudian menyembelihnya. Namun Junaid memberi syarat bahwa mereka harus menyembelih ayam itu di tempat di mana tak ada yang dapat melihat mereka. Sebelum matahari terbenam, mereka harus dapat menyelesaikan tugas itu. Satu demi satu santri kembali ke hadapan Junaid, semua membawa ayam yang telah tersembelih.
Suatu saat, Junaid menyuruh semua santrinya untuk membeli ayam di pasar untuk kemudian menyembelihnya. Namun Junaid memberi syarat bahwa mereka harus menyembelih ayam itu di tempat di mana tak ada yang dapat melihat mereka. Sebelum matahari terbenam, mereka harus dapat menyelesaikan tugas itu. Satu demi satu santri kembali ke hadapan Junaid, semua membawa ayam yang telah tersembelih.
Baca juga : UJIAN GURU SUIFI TERHADAP MURID
Akhirnya ketika matahari tenggelam, murid muda itu baru datang, dengan ayam yang masih hidup. Santri-santri yang lain menertawakannya dan mengatakan bahwa santri itu tak boleh melaksanakan perintah Syeikh yang begitu mudah.
Akhirnya ketika matahari tenggelam, murid muda itu baru datang, dengan ayam yang masih hidup. Santri-santri yang lain menertawakannya dan mengatakan bahwa santri itu tak boleh melaksanakan perintah Syeikh yang begitu mudah.
Junaid lalu meminta setiap santri untuk menceritakan bagaimana mereka melaksanakan tugasnya. Santri pertama berkata bahwa ia telah pergi membeli ayam, membawanya ke rumah, lalu mengunci pintu, menutup semua jendela, dan membunuh ayam itu. Santri kedua bercerita bahwa ia membawa pulang seekor ayam, mengunci rumah, menutup jendela, membawa ayam itu ke kamar mandi yang gelap, dan menyembelihnya di sana. Santri ketiga berkata bahwa ia pun membawa ayam itu ke kamar gelap tapi ia juga menutup matanya sendiri. Dengan itu, ia fikir, tak ada yang dapat melihat penyembelihan ayam itu. Santri yang lain pergi ke hutan yang lebat dan terpencil, lalu memotong ayamnya. Santri yang lain lagi mencari gua yang amat gelap dan membunuh ayam di sana.
Baca juga : CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU
Tibalah giliran santri muda yang tak berhasil memotong ayam. Ia menundukkan kepalanya, malu karena tak dapat menjalankan perintah guru, “Aku membawa ayam ke rumahku. Tapi di rumahku tak ada tempat di mana Dia tak melihatku. Aku pergi ke hutan lebat, tapi Dia masih bersamaku. Bahkan di tengah gua yang teramat gelap, Dia masih menemaniku. Aku tak boleh pergi ke tempat di mana tak ada yang melihatku”.
Tibalah giliran santri muda yang tak berhasil memotong ayam. Ia menundukkan kepalanya, malu karena tak dapat menjalankan perintah guru, “Aku membawa ayam ke rumahku. Tapi di rumahku tak ada tempat di mana Dia tak melihatku. Aku pergi ke hutan lebat, tapi Dia masih bersamaku. Bahkan di tengah gua yang teramat gelap, Dia masih menemaniku. Aku tak boleh pergi ke tempat di mana tak ada yang melihatku”.
Sang Guru menjelaskan bahwa murid inilah yang sudah benar-benar sampai kepada pelajarannya dimana dia selalu diawasi oleh Allah SWT.
Baca juga : CARA ALLAH SUBHANALLAH WA TA'ALA
Mungkin sebagian kita sudah pernah mendengar cerita diatas dan tentu saja kita semua mempunyai kesimpulan yang berbeda. Cerita di atas mengajarkan kita bahwa di dalam menuntut ilmu mempunyai adab dan aturan tersendiri salah satunya kita dilarang iri terhadap sesama murid. Bisa jadi dalam pandangan kita Guru memberikan perhatian lebih terhadap seorang murid dan kita dilarang untuk cemburu. Guru sangat mengetahui bagaimana harus memperlakukan murid-muridnya dan Guru membagi kasih sayang yang sama kepada seluruh murid, cuma pandangan kita melihat seolah-olah ada yang lebih disayang.
Mungkin sebagian kita sudah pernah mendengar cerita diatas dan tentu saja kita semua mempunyai kesimpulan yang berbeda. Cerita di atas mengajarkan kita bahwa di dalam menuntut ilmu mempunyai adab dan aturan tersendiri salah satunya kita dilarang iri terhadap sesama murid. Bisa jadi dalam pandangan kita Guru memberikan perhatian lebih terhadap seorang murid dan kita dilarang untuk cemburu. Guru sangat mengetahui bagaimana harus memperlakukan murid-muridnya dan Guru membagi kasih sayang yang sama kepada seluruh murid, cuma pandangan kita melihat seolah-olah ada yang lebih disayang.
[Seorang Guru akan tahu jenis apa calon murid yang datang
kepadanya, apakah jenis keledai atau kuda sembrani, sejenis ayam sayur atau
ayam bangkok dan Guru akan mendidik sesuai dengan bakat masing-masing. Kita
tidak boleh iri dan dengki kepada saudara kita].
Baca juga : AL QURAN SEBAGAI PENYEMBUH SYIFA
Suatu hari pernah seorang Guru Sufi
memberikan suatu rahasia kepada muridnya dalam pertemuan empat mata dan
berpesan, “Rahasia ini jangan kau beritahukan kepada siapapun”. Kemudian dihari
lain Guru Sufi memberikan rahasia kepada murid yang lain dan kembali berpesan,
“Rahasia ini jangan kau beritahukan kepada siapapun”. Begitulah seterusnya
sehingga seluruh murid diberitahukan rahasia itu. Antara sesama murid tidak ada
yang tahu bahwa saudaranya juga diberitahukan rahasianya yang sama.
Baca juga : SYAIKH SITI JENAR DOKTRIN KEWALIAN
40 hari kemudian dari kesemua murid mulai berubah tingkah lakunya. Ada yang bersikap sombong karena merasa dia murid yang terbaik dan cuma dia yang mengetahui rahasia Guru. Murid yang lain memberitahukan kepada kawannya, “Aku diberitahukan rahasia hebat oleh Guru dan tidak boleh aku ungkapkan kepada siapapun”.
40 hari kemudian dari kesemua murid mulai berubah tingkah lakunya. Ada yang bersikap sombong karena merasa dia murid yang terbaik dan cuma dia yang mengetahui rahasia Guru. Murid yang lain memberitahukan kepada kawannya, “Aku diberitahukan rahasia hebat oleh Guru dan tidak boleh aku ungkapkan kepada siapapun”.
Diantara banyak murid hanya sedikit yang bersikap seperti biasa
dan tetap melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Guru, bersikap santun dan
hormat kepada saudaranya. Dan murid yang sedikit inilah dalam pandangan Guru
telah berhasil melampaui ujiannya.
Mari kita tumbuhkan kesadaran dalam diri kita bahwa tidak ada yang hebat dari murid Guru, yang hebat adalah Guru sedangkan murid akan tetap murid. Kalaupun diberikan suatu kekeramatan itu tidak lain merupakan bentuk kasih Guru kepada kita dan kita tidak akan mampu menduduki maqam itu secara abadi.
Baca juga : SYAIKH SITI JENAR AL FATIHAH SALAH SATU KUNCI
Banyak murid-murid Guru yang tergelincir disini, merasa sudah hebat dan bisa melakukan apapun akhirnya tanpa sadar durhaka kepada Guru. Godaan terberat dan terhebat bukan berasal dari Iblis akan tetapi Ujian terberat itu ketika Tuhan langsung menguji kita dengan berkata, “Wahai hambaKu, kau sudah boleh begini, kau sudah boleh begitu, kau sudah mencapai maqam itu, kau sudah jadi wali anu”. Disinilah terkadang khilafnya sang murid menurutinya tanpa menanyakan berulang kali kepada Tuhan sebagaimana Nabi Ibrahim bertanya berulang kali saat diperintahkan menyembelih anaknya.
Banyak murid-murid Guru yang tergelincir disini, merasa sudah hebat dan bisa melakukan apapun akhirnya tanpa sadar durhaka kepada Guru. Godaan terberat dan terhebat bukan berasal dari Iblis akan tetapi Ujian terberat itu ketika Tuhan langsung menguji kita dengan berkata, “Wahai hambaKu, kau sudah boleh begini, kau sudah boleh begitu, kau sudah mencapai maqam itu, kau sudah jadi wali anu”. Disinilah terkadang khilafnya sang murid menurutinya tanpa menanyakan berulang kali kepada Tuhan sebagaimana Nabi Ibrahim bertanya berulang kali saat diperintahkan menyembelih anaknya.
Penutup tulisan ini saya mengutip nasehat Syaikh Naqsyabandi kepada murid-muridnya mudah-mudahan berguna untuk kita semua:
“Suatu saat kalian akan berada pada maqam sangat tinggi, bisa terbang, kebal, bisa menghilang dan bahkan kalian bisa menghidupkan orang mati. Akan tetapi ingatlah wahai muridku, bahwa itu bukan maqam kalian tapi itu maqam Gurumu, kalau kalian tetap disitu maka tanpa sadar akan disusupi oleh syaitan. Kembalikan semua itu kepada-Nya dan teruslah merendah dan menjadi murid yang baik. Guru itu adalah murid yang siddiq dari Gurunya”.
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....