TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.
TUHAN TIDAK BERZAT,
BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.
Hadist Qudsi : "SEMBAHLAH
AKU, JANGAN KAU SEMBAH ZATKU, JANGAN KAU SEMBAH SIFATKU, JANGAN KAU SEMBAH
ASMAKU, JANGANLAH KAU SEMBAH AF'ALKU".
Tuhan Maha Pencipta semesta
alam...segala sesuatu...sekalian makhluk. Bahwa semua makhluk yang ada
dinyatakan keber-ada-annya oleh Allah SWT dengan Af`al-Nya, Asma-Nya,
Sifat-Nya, dan Zat-Nya. Segala sesuatu hanya ada dalam KeberadaanNya.
Tuhan Maha Esa dengan Af'alNya,
AsmaNya, SifatNya, dan ZatNya,...tapi Tuhan bukan / beda dengan Zat, Sifat,
Asma, dan Af'alNya. Tuhan bukan Zat, tapi Rabbil 'Izzati yakni Maha Pencipta
segala Zat. Tuhan bersifat qadim azali, Maha Laysa kamitslihi syaiun ( tidak
ada tafsiranNya ) dan Baqa ( kekal abadi )....tetap tidak berubah sejak azali,
sekarang, esok, sampai kapapun selama-lamanya ( tiada berkesudahan ). Itulah sebabnya maka orang-orang Muwwahid mengatakan : "Tuhan
tidak BerZat, tidak Bersifat, tidak BerAsma dan tidak BerAf'al",
karena Tuhan tetap adanya, tidak pernah berubah sejak azali dan dan tidak akan
pernah berubah sampai kapanpun juga.
Tuhan Maha Esa dengan
af'alNya, AsmaNya, SifatNya, dan ZatNya. Kalau ada Zat, Sifat, Asma dan Af'alNya,
tentulah ada Yang Empunya Zat, Sifat, Asma dan Af'alNya tersebut itulah, Tuhan
Yang Maha Pencipta / menjadikan, pemilik, penguasa dan penentu Maha Ruang dan
semesta alam beserta sekalian isinya. Mursyid/Wali Allah Pontianak Almarhum : Syaikh Undang Siradj, menyatakan : Tuhan
membuktikan kemahaesaan Diri-Nya: di-ada-kan-Nya Zat, Sifat, Asma, Af`al-Nya
menjadi sekalian alam. Itulah sebabnya alam itu Rahasia Tuhan. Rahasia-Nya.
Kalau kita sudah tahu yang
dinamakan Rahasia Tuhan itu, tahulah kita bahwa Tuhan itu tidak ber-Zat, tidak
ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af`al. Tuhan menjadikan Zat, Sifat, Asma,
Af`al, tentulah Tuhan bukan Zat, bukan Sifat, bukan Asma, bukan Af`al, karena
tidak ada yang menjadikan [atau menciptakan] Tuhan.
Dia yang awal ( yang tiada
bermula ) dan akhir ( yang tiada berkesudahan ), zahir dan bathin…itu bermakna
hanya Dia yang ada….” Hanya Allah yang ada “tiada yang lainnya, sejak qadim
azali dan sampai kapapun kekal selama-lamanya ( Baqo ). Pada hakikatnya Dialah
yg Wujud, ujud dan maujud. Sekalian alam dan sekalian makhluk tidak
ada…termasuk diri kita tidak ada ( secara hakiki tauhidnya atau secara
absolutenya ).
Tuhan tidak berzat, tidak
bersifat, tidak berasma, dan tidak beraf’al. Dia tiada berhuruf dan tiada
bersuara. Yang sebenar benarnya tubuh MAHA SUCI (tubuh muhammad) adalah tubuh
MAHA RUANG. Tubuh maha ruang inilah yang di katakan ZAHIRU RABBI. ZAHIRU RABBI
adalah NUR ILAHI (CAHAYA TUHAN). Cahaya tuhan meliputi langit dan bumi dan
meliputi luar dan dalam diri kita. Cahaya Tuhan inilah Zat yang tidak berwarna,
tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berbentuk. Inilah tubuh yang meliputi
sekalian alam dan tubuh inilah yang di katakan ‘’innahu bi kulli say’in muhith”
(FUSHILAT 54)
Tubuh Tuhan meliputi
sekalian alam termasuk lah meliputi diri kita sendiri luar dan dalam. Di dalam
tubuh tuhan ini ada juga tubuh NUR MUHAMMAD
menjadi nyawa sekalian makhluk. Dan jasad ini juga dari NUR MUHAMMAD. Jasad
kita inilah yang di katakan ADAM. NUR
MUHAMMAD itu di katakan nyawa dan lengkaplah pada diri kita ini ada ADAM
bertubuhkan NUR MUHAMMAD. Ada NUR MUHAMMAD bertubuhkan NUR ILAHI ada NUR ILAHI
bertubuhkan TUHAN.
Pandang lah tubuh Tuhan ini
karena sabda Nabi SAW “kalau kamu beribadah pandanglah Tuhan itu”. Dalam ibadah
itu kita memandang Tuhan/memandang Tubuh Tuhan kita sudah tahu bahwa tubuh Tuhan
itu “laysa kamislihi say’un” (tidak seumpama dengan sesuatu). Jangan lah tubuh Tuhan itu di umpa-umpamakan
seperti sesuatu, di banding bandingkan seperti sesuatu juga. Lihat tubuh Tuhan
itu tidak bertempat dan tidak mengambil tempat. Tubuh tuhan itu meliputi
sekalian alam.
Lihat tubuh Tuhan itu tidak
bergerak dan tidak diam. Tetapi tubuh Tuhan itu DIAM SEDIAM DIAMNYA. Bukan
bergerak dulu baru diam atau diam dulu baru bergerak tapi tubuh Tuhan itu DIAM
SEDIAM DIAMNYA.
Diam itulah kamu pandang
HENING SEHENING HENINGNYA atau TENANG SETENANG TENANGNYA. Apabila Tuhan
menghendaki pada diri kamu dia memandangkan tubuhnya sekejap saja kita
memandang cukuplah tidak akan lupa sampai yaumil qiyamah. Beginilah pengajian
orang orang Muqarabbin dan Arifbillah. (KITAB PUSAKA MADINAH)
Dari pengertian Tauhid
Hakiki Pusaka Madinah sesuai zaman dan
kontestual alam telah menjadi catatan-catatan perjalanan kerohanian para
pesuluk secara tidak lansung maupun lansung tentang kehakikian Tuhan telah tembus
menembus dan terbukanya tabir itu, dapatlah ditarik kesimpulan hakiki erat
sekali dengan pandangan di zaman tempo dulu Syaikh Siti Jenar dan sekarang bagi
pesuluk Al Wihidiyah yaitu :
1.
Menurut
Syaikh Undang Siradj ; Tubuh maha ruang inilah yang di katakan
ZAHIRU RABBI. ZAHIRU RABBI adalah NUR ILAHI (CAHAYA TUHAN). Cahaya tuhan inilah
Zat yang tidak berwarna, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berbentuk.
Inilah tubuh yang meliputi sekalian alam dan tubuh inilah yang di katakan
‘’innahu bi kulli say’in muhith” (FUSILAT
54)
Menurut Syaikh Siti
Jenar ; Baik pancaindera maupun perangkat akal tidak dapat
dijadikan pegangan dan pedoman hidup. Sebab semua itu bersifat baru, bukan
azali. Satu-satunya yang bisa dijadikan gondhelan dan gandhulan hanyalah Zat
Wajibul Maulana, Zat Yang Maha Melindungi.
Pancaindera adalah pintu nafsu, dan akal adalah pintu bagi ego. Semuanya harus
ditundukkan di bawah Zat Yang Wajib Memimpin.
Karena itu Dialah yang menunjukkan semua budi baik. Jadi pencaindera
harus dibimbing oleh budi dan budi dipimpin oleh Sang Penguasa Budi atau Yang
Maha Budi.
Sedangkan Yang Maha Budi itu tidak terikat dalam jeratan dan jebakan nama
tertentu. Sebab nama bukanlah hakikat. Nama itu bisa Allah, Hyang Widhi, Hyang
Manon, Sang Wajibul Maulana, dan sebagainya. Semua itu produk akal sehingga
nama tidak perlu disembah. Jebakan
nama dalam syari’at justru malah merendahkan Nama-Nya.
2 Menurut
Syaikh Undang Siradj ; Di dalam tubuh Tuhan ini ada juga tubuh
NUR MUHAMMAD menjadi nyawa sekalian
makhluk. Dan jasad ini juga dari NUR MUHAMMAD. Jasad kita inilah yang di
katakan ADAM. NUR MUHAMMAD itu di
katakan nyawa dan lengkaplah pada diri kita ini ada ADAM bertubuhkan NUR
MUHAMMAD. Ada NUR MUHAMMAD bertubuhkan NUR ILAHI ada NUR ILAHI bertubuhkan
TUHAN.
Dia
yang awal ( yang tiada bermula ) dan akhir ( yang tiada berkesudahan ), zahir
dan bathin…itu bermakna hanya Dia yang ada….” Hanya Allah yang ada “ tiada yang
lainnya, sejak qadim azali dan sampai kapapun kekal selama-lamanya ( Baqo ). Pada
hakikatnya Dialah yang Wujud, ujud dan maujud. Sekalian alam dan sekalian
makhluk tidak ada…termasuk diri kita tidak ada ( secara hakiki tauhidnya atau
secara absolutenya ).
Menurut Syaikh Siti
Jenar ; “Allah itu adalah keadaanku, kenapa
kawan-kawan pada memakai penghalang? Sesungguhnya aku inilah haq Allah pun
tiada wujud dua, nanti Allah, sekarang Allah, tetap zahir batin Allah, kenapa
kawan-kawan masih memakai pelindung?” (Babad Tanah Sunda, Sulaeman Sulendraningrat,
1982, bagian XLIII).
Syaikh
Siti Jenar tetap menyuarakan dengan lantang teologi manunggalnya bahwa, “Utawi
Allah iku nyataning sun kang sampurna kang tetep ing dalem dhohir batin,”
(bahwa Allah itu nyatanya aku yang sempurna yang tetap di dalam zahir dan
bathin) . Riwayat yang agak sama juga tercantum dalam Babad Cerbon, terbitan
Brandes (1911) pada Pupuh 23, Kinanti bait 1-8.
“Jika
ada seorang manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain dari Tuhan yang
Mahakuasa, ia akan kecewa karena ia tidak akan memperoleh apa yang ia
inginkan.” (S. Soebardi, The Book of ebolek, hlm. 103).
3. Syaikh
Undang Siradj ; menyatakan : Tuhan membuktikan kemahaesaan
Diri-Nya: di-ada-kan-Nya Zat, Sifat, Asma, Af`al-Nya menjadi sekalian alam.
Itulah sebabnya alam itu Rahasia Tuhan. Rahasia-Nya.
Kalau
kita sudah tahu yang dinamakan Rahasia Tuhan itu, tahulah kita bahwa Tuhan itu
tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af`al. Tuhan
menjadikan Zat, Sifat, Asma, Af`al, tentulah Tuhan bukan Zat, bukan Sifat,
bukan Asma, bukan Af`al, karena tidak ada yang menjadikan [atau menciptakan]
Tuhan.
Menurut Syaikh Siti
Jenar ; “Segala
sesuatu yang terjadi di alam semesta ini pada hakikatnya adalah af’al
(perbuatan) Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada hakekatnya
adalah dari Allah juga. Jadi keliru dan sesat pandangan yang mengatakan bahwa
yang baik dari Allah dan yang buruk selain Allah.” “…Af’al Allah harus dipahami
dari dalam dan luar diri. Saat manusia menggoreskan pena misalnya, di situlah
terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada
makhluk-Nya, yakni kemampuan kodrati gerak pena. Di situlah berlaku dalil Wa
Allahu khalaqakum wa ma ta’malun (QS. Ash-Shaffat : 96), yang maknanya Allah
yang menciptakan engkau dan segala apa yang engkau perbuat. Di sini terkandung
makna mubasyarah. Perbuatan yang terlahir dari itu disebut al-tawallud.
Misalnya saya melempar batu. Batu yang terlempar dari tangan saya itu adalah
berdasar kemampuan kodrati gerak tangan saya. Di situ berlaku dalil Wa ma
ramaitaidz ramaita walakinna Allaha rama (QS. Al-Anfal : 17), maksudnya
bukanlah engkau yang melempar, melainkan Allah juga yang melempar ketika engkau
melempar. Namun pada hakikatnya antara mubasyarah dan al-tawallud hakikatnya
satu, yakni af’al Allah sehingga berlaku dalil la haula wa la quwwata illa bi
Allahi al-‘aliyi al-adzimi. Rasulullah bersabda : “la tataharraku dzarratun
illa bi idzni Allahi, yang maksudnya tidak bergerak satu zarah pun melainkan
atas izin Allah.” (Suluk Syaikh Siti Jenar, I, hlm. 182-283).
Pada sisi yang lain, pernyataan Para Wali Allah tersebut diatas juga
memiliki muatan makna pernyataan sufistik dan sangat-sangat sahih sebagai pegangan
pesuluk. Dimana terdapat pada hadist Qudsi berbunyi : “Barangsiapa mengenal
dirinya, maka ia pasti mengenal Tuhannya”. Maka, mikrokosmos manusia tidak lain
adalah blueprint dan gambaran adanya jagad besar termasuk alam semesta atau
maha ruang. Didalam Firman Allah : "Dan di bumi itu
terdapat tanda-tanda [kekuasaan Allah] bagi orang-orang yang yakin, dan [juga]
pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?" [Q.S.
Adz-Dzariat:20-21]. Demikian “SALAM” Baca juga Khoramah-para-sufi
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....