LENGKAP BERZUHUD : TIDAK PERNAH MAKAN BARANG MASAKAN DAN BERBAKTI PADA IBU
KEKASIH ALLAH
Seorang laki-laki paruh baya, suatu ketika lewat di depan sebuah
masjid. Kebetulan di dalam masjid, sedang dilangsungkan tabligh akbar. Seorang
Ustadz muda, nampak berada di atas mimbar. Dengan menggebu-gebu, Ia
menyampaikan banyak hal, salah satunya tentang tema kharomah.
“Banyak cerita, para kekasih Allah yang lantaran kharomahnya,
wali tadi bisa berjalan mengambang diatas air, ada juga yang bisa terbang ke
awang-awang, ngelipat bumi juga bisa, merekalah orang-orang hebat” tandas
Ustadz muda. Hadirin tampak terpaku mendengar setiap keterangan sang Ustadz.
Mereka tak beranjak dari tempat duduknya hingga acara tabligh usai. Baca juga : HAKIKAT DIRI VERSI SYAIKH SITI JENAR
Dan setelah sekian menit berlalu, acara di masjid itupun ditutup.
Sebelum mengucap salam, Ustadz muda berdoa dan hadirin pun mengamini. Satu
persatu hadirin pun mulai meninggalkan masjid. Berbeda dengan lelaki paruh baya
yang sejak tadi berada di teras masjid. Ia bermaksud menunggu keluarnnya Ustadz
muda untuk sekedar mengajak berbicara.
Usai disalami oleh beberapa hadirin, Ustadz muda pun bergegas
untuk keluar dari masjid untuk pulang. Tapi tanpa ditanya, baru sampai di teras
masjid, langkahnya tertahan oleh sapaan salam.
“Assalamu’alaikum Ustadz”
“Wa’alaikumussalam, masyaallah Kyai,” ustadz muda terkejut. Ia
tak menyangka Kyainya di pesantren bisa berada di tempat itu. Ia segera
menyalami gurunya. “Nak, nak,…. seorang yang bisa terbang itu biasa, wong
burung saja bisa terbang. Seorang yang bisa berjalan diatas air itu biasa,
karena ikan pun bisa melakukannya, bahkan menyelam di air pun ikan bisa. Apalagi
seorang bisa ngelipat bumi, itu tidaklah hebat, syaitan musuh orang beriman itu
secepat kilat bisa melakukannya”, Sang Kyai langsung berbicara.
Ustadz muda, yang ternyata santri pak Kiai ini pun segera mafhum
dengan maksud pembicaraan Kyainya. Ia menunduk sadar telah melakukan kesalahan
saat berbicara di atas podium tadi. Baca juga : CATATAN REDAKTUR SUARA KOTA PONTIANAK
“Orang hebat di zaman ini, bukanlah orang yang bisa melakukan
berbagai hal-hal diluar nalar kebiasaan, tapi orang yang saat memiliki atau
bahkan berkelebihan harta, ketika harta itu raib dan hilang tanpa jejak,
hatinya tak sedikit pun peduli, dan bahkan berkata “Alhamdulillah”, orang-orang
inilah yang layak disandangi orang hebat karena mereka memiliki sifat Zuhud,” jelas Pak Kiai.
PEMUDA ZUHUD
PEMUDA ZUHUD
Makam Uwais Al Qarni ra, Pemuda Zuhud yg
berbakti kepada Ibundanya. Makam yg berada di Yaman ini dihancurkan
oleh gerombolan ISIS. Sungguh tindakan yg
amat brutal dan melampaui batas Uwais al Qarni, Hamba Shaleh Penduduk Langit Yang
Tidak Terkenal Di Bumi. Rasulullah Saw
bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa
pernah melihatnya. Beliau Saw bersabda,
“Dia seorang penduduk Yaman, daerah
Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Swt, lalu dia berdo’a kepada Allah Swt, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in”. Baca juga : HAKIKAT DIRI VERSI MANSUR AL HALLAJ
Uwais Al Qarni adalah seorang anak dari Amir, sehingga dia mempunyai nama lengkap Uwais bin Amir Al Qairani, karena beliau lahir dilahirkan di desa yang bernama Qaran, sehingga beliau lebih di kenal dengan sebutan Uwais Al Qarni. Dan para ahli sejarah tidak menceritakan tanggal dan tahun berapa beliau dilahirkan. Dikalangan para sufi beliau dikenal sebagai seorang yang ta’at dan berbakti kepada kedua orang tua, dan kehiduapannya yang amat sederhana dan zuhud yang sejati, beliau juga dikenal sebagai orang sufi yang mempunyai ilmu kesucian diri yang amat luar biasa yang dilimpahkan Allah Swt kepadanya. Seorang pemuda yang mempunyai mata berwarna biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada karena kebiasaan selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, seorang yang ahli dalam membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya punya dua helai yang sudah kusut dimana yang satu untuk penutup badan dan yang satunya digunakan untuk selendangan, tiada seorang pun yang menghiraukannya, tidak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia (Uwais al Qarni), jika bersumpah maka demi Allah pasti akan Ijabah/ terkabul. Baca juga : ASAL USUL MAKRIFAT
Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan mendapat perintah oleh Allah Swt untuk memberikan syafa’atnya, ternyata Allah Swt memberikan kelebihan yang berupa izin untuk memberi syafa’at sejumlah Qobilah Robi’ah dan Qobilah Mudhor, yang semua dimasukkan surga tanpa ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah “Uwais Al-Qarni”. Ia tidak dikenal banyak orang dan juga sangat miskin, banyak orang suka menertawakannya, mengolok-oloknya, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri, serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang Fuqoha’ dari negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya lalu memberinya hadiah berupa dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik karena hadiah pakaian tadi setelah diterimanya lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, darimana kamu mendapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”. Pemuda dari desa Qorn – Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Yang masih tersisa hanyalah penglihatannya yang sudah kabur.. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing dan unta. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Beliau lahir dan besar di Yaman. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta tidak mempengaruhi kegigihannya dalam beribadah, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan selalu bermunajat di malam harinya. Adz Dzahabi berkata mengenai beliau, “Seorang teladan yang zuhud, penghulu para tabi’in di zamannya, termasuk diantara wali-wali Allah yang shaleh lagi bertaqwa, dan hamba-hamba-Nya yang ikhlas” (Siyar A’lam An Nubala’ 4/19) Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad Saw. Yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah Swt, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur dan mulia. Baca juga : KISAH WALI ALLAH YANG BERTEMU NABI
Peraturan-peraturan yang terdapat didalamnya sangat menarik hati Uwais al Qarni, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais al Qarni selalu merindukan datangnya suatu kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran dari Nabi Muhammad Saw secara langsung. Dan sekembalinya di Yaman, mereka memperbaharui kehidupan rumah tangga mereka dengan cara kehidupan menurut tuntunan ajaran Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais al Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “Bertamu dan Bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedangkan ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah Saw menumbuhkan kerinduan yang sangat kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, maka tak ada yang merawatnya. Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah Saw mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais al Qarni. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukannya adalah sebagai bukti kecintaannya kepada Nabi Muhammad Saw, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais al Qarni mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi Saw di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais al Qarni, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi Saw di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Baca juga : AKAL BIASA DAN AKAL YANG DTERANGI OLEH NUR
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais al Qarni menuju Madinah yang berjarak kurang lebih 400 kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi Muhammad Saw yang selama ini dirindukannya. Bacan juga : TUHAN DAPAT DITAMPUNG DIHATI MUKMIN
Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi Muhammad Saw, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Sayyidatina ‘Aisyah R.ha sambil menjawab salam Uwais al Qarni. Segera saja Uwais al Qarni menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi Muhammad Saw sedang tidak berada di rumah melainkan sedang berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi Muhammad Saw dari medan peperangan. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinganya akan pesan ibunya yang sudah tua dan sakit sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah R.ha untuk segera pulang ke negerinya. Baca juga : AKU ITULAH ZATULLAH
Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi Muhammad Saw dan melangkah pulang dengan perasaan haru. Sepulangnya dari perang, Nabi Muhammad Saw langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan Rasulullah Saw, sayyidatina ‘Aisyah R.ha dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah R.ha, memang benar ada seseorang yang mencari Nabi Saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah Saw bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau Saw, memandang kepada Sayyidina Ali R.a dan sayyidina Umar R.a dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”. Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi Saw wafat, hingga kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar ash- Shiddiq R.a telah di lanjutkan kepada Khalifah Umar R.a. Ketika Umar R.a menjabat sebagai Amirul Mukminin, khalifah Umar R.a teringat akan sabda Nabi Muhammad Saw tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada Sayyidina Ali R.a untuk mencarinya bersama-sama. Sejak saat itu, setiap ada kafilah yang dating dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al- Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai- sampai ia dicari oleh khalifah Amirul Mukminin Umar R.a dan Sayyidina Ali R.a. Suatu ketika ada rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam datang dan pergi silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Mereka bertanya kepada para rombongan kafilah dari Yaman di Baitullah, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al- Qarni?” “Ada,”jawab mereka. Umar R.a melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?” Mereka menjawab tanpa mengetahui derajad Uwais al Qarni, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya telah usang.” Umar R.a berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah Saw pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bias memohonkan ampun kepada Allah Swt untuk kalian, Lakukanlah…!” Mendengar jawaban itu, khalifah Amirul Mukminin Umar R.a dan Sayyidina Ali R.a bergegas pergimenemui Uwais al-Qorni. Baca juga : ALAM PADA HAKEKATNYA GELAP
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar R.a dan Sayyidina Ali R.a memberi salam. Namun rupanya Uwais al Qarni sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri sholatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Lalu Khalifah Umar R.a bermaksud hendak memastikannya terlebih dahulu, Lantas beliau bertanya “Siapakah namamu wahai saudaraku ?” Tanya Umar R.a “Abdullah”, jawab Uwais al Qarni. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Anda berdua sebetulnya siapa?” Kami ini Amirul Mu’minin Umar bin Al- Khattob dan ini Ali” Ketika itu barulah Uwais al Qarni kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Umar R.a melanjutkan, “Darimana kamu berasal..?” “Dari Yaman” Jawab Uwais al Qarni Kamu berasal dari Yaman daerah mana?’ Dia menjawab, “Dari Qarn.” “Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar R.a. Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.” Umar R.a bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?” “Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya. Umar R.a melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’ Uwais al Qarni berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.” Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais al Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. “Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar R.a. “Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdo’a kepada Allah Swt sehingga saya diberi kesembuhan.” Jawab Uwais al Qarni Umar R.a bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?” Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar R.a. Baca juga : MARTABAT TUJUH PAHAM HAKIKI
Ketika Umar R.a melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah Saw. Mohonkanlah ampun kepada Allah Swt untukku!” Uwais al Qarni enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a dan Istighfar kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais al Qarni, Khalifah berkata: “Kami datang kesini atas wasiat dari Rasulullah Saw untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Uwais menjawab: “Do’aku bukan hanya untuk kalian berdua, namun untuk seluruh penghuni alam”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar bagi kedua sahabat tersebut. Selanjutnya Umar R.a bertanya kepadanya mengenai kemana arah tujuannya setelah perjalanan ini. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.” Setelah itu Khalifah Umar R.a. berjanji untuk menyumbangkan uang Negara dari Baitul Mal kepada Uwais al Qarni untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais al Qarni menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Untuk hari-hari selanjutnya biarkanlah hamba yang fakir ini berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan atau diketahui orang.” Setelah kejadian itu, nama Uwais al Qarni kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Baca juga : PANDANGAN TAUHID HAKIKI
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, disana sudah ada orang- orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syaikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syaikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Sayyidina Umar R.a.). Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais al Qarni adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang- orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya: “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? “ Bukankah Uwais al Qarni yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia- manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya. Baca juga : SYAIKH SITI JENAR SEMUANYA TUNDUK DIBAWAH ZAT YANG WAJIB MEMIMPIN
Uwais Al Qarni adalah seorang anak dari Amir, sehingga dia mempunyai nama lengkap Uwais bin Amir Al Qairani, karena beliau lahir dilahirkan di desa yang bernama Qaran, sehingga beliau lebih di kenal dengan sebutan Uwais Al Qarni. Dan para ahli sejarah tidak menceritakan tanggal dan tahun berapa beliau dilahirkan. Dikalangan para sufi beliau dikenal sebagai seorang yang ta’at dan berbakti kepada kedua orang tua, dan kehiduapannya yang amat sederhana dan zuhud yang sejati, beliau juga dikenal sebagai orang sufi yang mempunyai ilmu kesucian diri yang amat luar biasa yang dilimpahkan Allah Swt kepadanya. Seorang pemuda yang mempunyai mata berwarna biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada karena kebiasaan selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, seorang yang ahli dalam membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya punya dua helai yang sudah kusut dimana yang satu untuk penutup badan dan yang satunya digunakan untuk selendangan, tiada seorang pun yang menghiraukannya, tidak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia (Uwais al Qarni), jika bersumpah maka demi Allah pasti akan Ijabah/ terkabul. Baca juga : ASAL USUL MAKRIFAT
Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan mendapat perintah oleh Allah Swt untuk memberikan syafa’atnya, ternyata Allah Swt memberikan kelebihan yang berupa izin untuk memberi syafa’at sejumlah Qobilah Robi’ah dan Qobilah Mudhor, yang semua dimasukkan surga tanpa ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah “Uwais Al-Qarni”. Ia tidak dikenal banyak orang dan juga sangat miskin, banyak orang suka menertawakannya, mengolok-oloknya, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri, serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang Fuqoha’ dari negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya lalu memberinya hadiah berupa dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik karena hadiah pakaian tadi setelah diterimanya lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, darimana kamu mendapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”. Pemuda dari desa Qorn – Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Yang masih tersisa hanyalah penglihatannya yang sudah kabur.. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing dan unta. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Beliau lahir dan besar di Yaman. Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta tidak mempengaruhi kegigihannya dalam beribadah, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan selalu bermunajat di malam harinya. Adz Dzahabi berkata mengenai beliau, “Seorang teladan yang zuhud, penghulu para tabi’in di zamannya, termasuk diantara wali-wali Allah yang shaleh lagi bertaqwa, dan hamba-hamba-Nya yang ikhlas” (Siyar A’lam An Nubala’ 4/19) Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad Saw. Yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah Swt, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur dan mulia. Baca juga : KISAH WALI ALLAH YANG BERTEMU NABI
Peraturan-peraturan yang terdapat didalamnya sangat menarik hati Uwais al Qarni, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais al Qarni selalu merindukan datangnya suatu kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran dari Nabi Muhammad Saw secara langsung. Dan sekembalinya di Yaman, mereka memperbaharui kehidupan rumah tangga mereka dengan cara kehidupan menurut tuntunan ajaran Islam. Alangkah sedihnya hati Uwais al Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “Bertamu dan Bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedangkan ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah Saw menumbuhkan kerinduan yang sangat kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, maka tak ada yang merawatnya. Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah Saw mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais al Qarni. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukannya adalah sebagai bukti kecintaannya kepada Nabi Muhammad Saw, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais al Qarni mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi Saw di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan Uwais al Qarni, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi Saw di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Baca juga : AKAL BIASA DAN AKAL YANG DTERANGI OLEH NUR
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais al Qarni menuju Madinah yang berjarak kurang lebih 400 kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi Muhammad Saw yang selama ini dirindukannya. Bacan juga : TUHAN DAPAT DITAMPUNG DIHATI MUKMIN
Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi Muhammad Saw, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Sayyidatina ‘Aisyah R.ha sambil menjawab salam Uwais al Qarni. Segera saja Uwais al Qarni menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi Muhammad Saw sedang tidak berada di rumah melainkan sedang berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi Muhammad Saw dari medan peperangan. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinganya akan pesan ibunya yang sudah tua dan sakit sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah R.ha untuk segera pulang ke negerinya. Baca juga : AKU ITULAH ZATULLAH
Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi Muhammad Saw dan melangkah pulang dengan perasaan haru. Sepulangnya dari perang, Nabi Muhammad Saw langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan Rasulullah Saw, sayyidatina ‘Aisyah R.ha dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah R.ha, memang benar ada seseorang yang mencari Nabi Saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah Saw bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau Saw, memandang kepada Sayyidina Ali R.a dan sayyidina Umar R.a dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”. Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi Saw wafat, hingga kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar ash- Shiddiq R.a telah di lanjutkan kepada Khalifah Umar R.a. Ketika Umar R.a menjabat sebagai Amirul Mukminin, khalifah Umar R.a teringat akan sabda Nabi Muhammad Saw tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada Sayyidina Ali R.a untuk mencarinya bersama-sama. Sejak saat itu, setiap ada kafilah yang dating dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al- Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai- sampai ia dicari oleh khalifah Amirul Mukminin Umar R.a dan Sayyidina Ali R.a. Suatu ketika ada rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam datang dan pergi silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Mereka bertanya kepada para rombongan kafilah dari Yaman di Baitullah, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al- Qarni?” “Ada,”jawab mereka. Umar R.a melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?” Mereka menjawab tanpa mengetahui derajad Uwais al Qarni, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya telah usang.” Umar R.a berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah Saw pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bias memohonkan ampun kepada Allah Swt untuk kalian, Lakukanlah…!” Mendengar jawaban itu, khalifah Amirul Mukminin Umar R.a dan Sayyidina Ali R.a bergegas pergimenemui Uwais al-Qorni. Baca juga : ALAM PADA HAKEKATNYA GELAP
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar R.a dan Sayyidina Ali R.a memberi salam. Namun rupanya Uwais al Qarni sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri sholatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Lalu Khalifah Umar R.a bermaksud hendak memastikannya terlebih dahulu, Lantas beliau bertanya “Siapakah namamu wahai saudaraku ?” Tanya Umar R.a “Abdullah”, jawab Uwais al Qarni. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Anda berdua sebetulnya siapa?” Kami ini Amirul Mu’minin Umar bin Al- Khattob dan ini Ali” Ketika itu barulah Uwais al Qarni kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Umar R.a melanjutkan, “Darimana kamu berasal..?” “Dari Yaman” Jawab Uwais al Qarni Kamu berasal dari Yaman daerah mana?’ Dia menjawab, “Dari Qarn.” “Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar R.a. Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.” Umar R.a bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?” “Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya. Umar R.a melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’ Uwais al Qarni berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.” Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais al Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. “Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar R.a. “Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdo’a kepada Allah Swt sehingga saya diberi kesembuhan.” Jawab Uwais al Qarni Umar R.a bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?” Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar R.a. Baca juga : MARTABAT TUJUH PAHAM HAKIKI
Ketika Umar R.a melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah Saw. Mohonkanlah ampun kepada Allah Swt untukku!” Uwais al Qarni enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a dan Istighfar kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais al Qarni, Khalifah berkata: “Kami datang kesini atas wasiat dari Rasulullah Saw untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”. Uwais menjawab: “Do’aku bukan hanya untuk kalian berdua, namun untuk seluruh penghuni alam”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar bagi kedua sahabat tersebut. Selanjutnya Umar R.a bertanya kepadanya mengenai kemana arah tujuannya setelah perjalanan ini. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.” Setelah itu Khalifah Umar R.a. berjanji untuk menyumbangkan uang Negara dari Baitul Mal kepada Uwais al Qarni untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais al Qarni menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Untuk hari-hari selanjutnya biarkanlah hamba yang fakir ini berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan atau diketahui orang.” Setelah kejadian itu, nama Uwais al Qarni kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Baca juga : PANDANGAN TAUHID HAKIKI
Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, disana sudah ada orang- orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Dan Syaikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syaikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Sayyidina Umar R.a.). Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais al Qarni adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang- orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya: “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? “ Bukankah Uwais al Qarni yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia- manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya. Baca juga : SYAIKH SITI JENAR SEMUANYA TUNDUK DIBAWAH ZAT YANG WAJIB MEMIMPIN
KEISTIMEWAAN UWAIS AL QARNI
► Walaupun beliau tidak pernah bertemu dengan Rasulullah Saw,
tetapi rohaninya selalu berhubungan.
► Pada hari kiamat nanti, dimana semua manusia akan dibangkitkan
kembali, Uwais Al Qarni akan memberikan syafa’at kepada sejumlah manusia sebanyak domba yang dimiliki Rabi’ah dan Mundhar, demikian yang disabdakan Rasulullah Saw kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab.
► Beliau adalah seorang sufi yangamat sederhana, takut dan ta’at pada Allah Swt, ta’at pada Rasulullah Saw dan kedua orang tuanya. Pada waktu siang hari beliau selalu giat bekerja, tetapi walaupun beliau pada siang hari giat bekerja, mulutnya selalu membaca istighfar dan membaca ayat-ayat Al
Quran.
► Setiap hari beiau selalu dalam keadaan lapar dan hanya memiliki pakaian yang melekat pada tubuhnya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup sangat sederhana sekali. Dan dalam kesederhanaan itu beliau selalu berdo’a kepada Allah Swt, “Ya Allah, janganlah ENGKAU siksa aku karena ada yang mati kelaparan dan jangan pula ENGKAU siksa aku karena ada yang kedinginan”.
► Beliau adalah seorang sufi yangamat sederhana, takut dan ta’at pada Allah Swt, ta’at pada Rasulullah Saw dan kedua orang tuanya. Pada waktu siang hari beliau selalu giat bekerja, tetapi walaupun beliau pada siang hari giat bekerja, mulutnya selalu membaca istighfar dan membaca ayat-ayat Al
Quran.
► Setiap hari beiau selalu dalam keadaan lapar dan hanya memiliki pakaian yang melekat pada tubuhnya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup sangat sederhana sekali. Dan dalam kesederhanaan itu beliau selalu berdo’a kepada Allah Swt, “Ya Allah, janganlah ENGKAU siksa aku karena ada yang mati kelaparan dan jangan pula ENGKAU siksa aku karena ada yang kedinginan”.
► Beliau selalu bersama Tuhan dan orang-orang yang lemah. Beliau
dapat merasakan penderitaan yang dialami
oleh orang-orang yang lemah dan membuat dirinya seperti mereka sebagaimana yang pernah diamalkan
Rasulullah Saw. Banyaknya keistimewaan yang dimiliki oleh seorang Uwais Al Qarni, hingga membuat Rasulullah Saw memerintahkan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk menemui Uwais sambil menyampaikan salam dari Rasulullah Saw. Ketika Umar dan Ali berhasil menemui Uwais, terjadilah percakapan sebagaimana yang telah dituturkan oleh Abu Na’im Al Asfahani :
Rasulullah Saw. Banyaknya keistimewaan yang dimiliki oleh seorang Uwais Al Qarni, hingga membuat Rasulullah Saw memerintahkan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk menemui Uwais sambil menyampaikan salam dari Rasulullah Saw. Ketika Umar dan Ali berhasil menemui Uwais, terjadilah percakapan sebagaimana yang telah dituturkan oleh Abu Na’im Al Asfahani :
Umar
► “apa yang anda kerjakan disini.?”
Uwais
►“Disini saya bekerja sebagai penggembala”
Umar
►“Siapa sebenarnya anda ini.?”
Uwais
►“Saya adalah hamba Allah Swt
Umar
►“Semuanya sudah tahu, kita semua adalah hamba Allah Swt,
izinkanlah kami mengetahui dan mengenal anda lebih dekat”
Uwais
Uwais
►“Silahkan”
Umar dan Ali
► “Setelah kami perhatikan, kami mempunyai kesimpulan bahwa anda inilah orang yang pernah diceritakan Rasulullah Saw kepada kami, oleh karena itu berilah kami pelajaran dan do’akan kami agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat”.
Uwais
► “Saya tidak mendo’akan seseorang secara khusus. Setiap
hari kami selalu mendo’akan kepada
seluruh umat Islam. Siapa sebenarnya anda
berdua ini.?”.
Ali
► “Beliau adalah Umar bin Khattab Amirul Mukminin dan saya adalah
Ali bin Abi Thalib, kami berdua diutus
Rasulullah Saw menemui anda dan menyampaikan salam dari Rasulullah Saw.
Uwais
► “Assalaamu ‘alaikum wahai Amirul Mukminin dan wahai Ali
bin Abi Thalib, semoga Allah Swt selalu
memberi kebaikan kepada tuan berdua atas jasa-jasa tuan kepada umat Islam”.
Umar
► “Berilah kami pelajaran yang bermanfaat wahai hamba Allah”.
Uwais
► “Carilah Rahmat Allah Swt dengan ta’at dan mengikuti
dengan
penuh pengharapan dan takutlah tuan kepada Allah Swt.”
penuh pengharapan dan takutlah tuan kepada Allah Swt.”
Umar
► “Terima kasih atas pelajaran yang anda berikan pada kami yang
sangat berharga ini. Dan kami telah menyediakan kepada anda seperangkat pakaian dan uang untuk tuan. Kami mengharapkan agar anda
menerimanya.”
Uwais
sangat berharga ini. Dan kami telah menyediakan kepada anda seperangkat pakaian dan uang untuk tuan. Kami mengharapkan agar anda
menerimanya.”
Uwais
► “Terima kasih wahai Amirul Mukminin, kami tidak menolak dan
juga tidak membutuhkan apa yang tuan bawa. Upah yang saya terima 4
dirham itu sangat berlebihan, sehingga sisanya saya berikan kepada ibuku. Sehari-hari saya hanya memakan buah korma dan minum air putih dan saya ini belum pernah memakan makanan yang dimasak. Kurasakan hidupku ini seolah-olah tidak sampai pada petang hari dan kalau tiba petang hari saya tidak merasa sampai pada pagi hari. Hati saya selalu mengingat Allah Swt dan sangat kecewa kalau tidak sampai
mengingat-Nya. Ada beberapa pokok pelajaran dari seorang Uwais al Qarni agar manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
“Seseorang akan memperoleh ketenangan dan ketenteraman jika hatinya selalu berdzikir kepada allah Swt dan tidak pernah terputus.” “Dan bahwa Hati itu hanyalah untuk Allah Swt, bukan untuk yang lainnya. Oleh karena itu kuasailah nafsu dan tundukkanlah secara penuh.”
dirham itu sangat berlebihan, sehingga sisanya saya berikan kepada ibuku. Sehari-hari saya hanya memakan buah korma dan minum air putih dan saya ini belum pernah memakan makanan yang dimasak. Kurasakan hidupku ini seolah-olah tidak sampai pada petang hari dan kalau tiba petang hari saya tidak merasa sampai pada pagi hari. Hati saya selalu mengingat Allah Swt dan sangat kecewa kalau tidak sampai
mengingat-Nya. Ada beberapa pokok pelajaran dari seorang Uwais al Qarni agar manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
“Seseorang akan memperoleh ketenangan dan ketenteraman jika hatinya selalu berdzikir kepada allah Swt dan tidak pernah terputus.” “Dan bahwa Hati itu hanyalah untuk Allah Swt, bukan untuk yang lainnya. Oleh karena itu kuasailah nafsu dan tundukkanlah secara penuh.”
Baca juga : URGENSI KEMURSYIDAN ADALAH ADALAH CARA SALIK
SUBHANALLAH ….
Ternyata beliau tak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit…mari kita ”Al Fatihah” Untuk Kekasih Allah Uwais Al Qarni. Setelah membaca Artikel ini !
Ternyata beliau tak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit…mari kita ”Al Fatihah” Untuk Kekasih Allah Uwais Al Qarni. Setelah membaca Artikel ini !
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....