AL HALLAJ IBLIS ADALAH TEMAN DAN FIRAUN ADALAH GURUNYA
Bagi Al-Hallaj iblis adalah teman dan Firaun adalah gurunya. Orang yang terlalu cepat menyimpulkan, pasti berpendapat bahwa Al-Hallaj sesat.
Mungkin pula sebaliknya, ada yang berpendapat Al-Hallaj tengah mendekonstruksi pemikiran umum agama. Namun, lagi-lagi kita mesti menahan diri.
Iblis Benar Sekaligus Salah
Al-Hallaj memang menyebut iblis sebagai temannya. Ia juga berargumen bahwa Iblis adalah makhluk yang bersetia hanya kepada Allah. Namun, ini adalah pendapatnya dalam satu sisi. Para sufi terbiasa menggunakan beberapa sudut pandang dalam berpendapat. Maka, kita juga perlu melihat sisi lain dari argumen Al-Hallaj.
Al-Hallaj menyatakan iblis sebagai temannya berdasarkan konteks kesamaan “nasib” keduanya. Iblis “dihinakan” Allah dari surga ketika menolak sujud kepada Adam. Sementara itu, Al-Hallaj dihukum gantung dan tubuhnya dibakar oleh sesama umat Islam.
Namun, di sisi lain Al-Hallaj juga menyalahkan iblis. Bagaimana pun, di alam ruh, satu-satunya yang menjadi patokan adalah perintah Allah. Maka, seberat apa pun perintah tersebut, pengingkaran terhadapnya jelas merupakan pelanggaran kodrati alam ruh. Artinya, di satu sisi iblis benar dalam menolak menyekutukan Allah. Tapi, di sisi lain ia juga salah karena melanggar perintah Allah.
Tuhan Senantiasa Transenden, Bahkan Ketika Ia Dianggap Imanen.
Konon, penggantungan Al-Hallaj disebabkan ucapannya, “Ana Al-Haqq” (Akulah Tuhan). Di sinilah letak alasan Al-Hallaj menyebut Firaun sebagai guru. Firaun juga pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan Musa. Tentu maksud “guru” di sini bukanlah “guru yang sebenar-benarnya guru”.
Al-Hallaj hanya “meniru” ucapan Firaun dalam konteks yang sama sekali berbeda. Hanya kata-kata mereka yang sama, namun keadaan batin Al-Hallaj dan Firaun sama sekali berbeda.
Al-Hallaj yang berkata “Ana Al-Haqq” ini sendiri dalam kehidupannya tidak pernah berpendapat bahwa Tuhan adalah sosok imanen, yang bisa menyatu dengan makhluk-Nya. Dalam beberapa aforismenya, Al-Hallaj senantiasa menampilkan Tuhan sebagai sosok yang jauh tak terhingga bahkan meski Ia begitu dekat dengan manusia. Kalau disebut Al-Hallaj sebagai pelaku syirik atau pendusta, nyatanya ia Al Hallaj terbiasa salat 500 rakaat setiap harinya.
- Jadi, jika ada pihak yang hanya menggunakan salah satu sudut pandang saja dalam mengadili iblis (iblis benar semata atau salah semata), orang tersebut bisa dipastikan kurang adil dalam bersikap. Apalagi jika orang tersebut menganggap bahwa iblis benar. Ia tidak hanya salah mengolah referensi, tetapi juga “sok dekonstruktif” padahal tidak ada yang perlu didekonstruksikan dalam agama. Baca juga Zat-sebagai-ana-akul
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Komentar
Posting Komentar
SKP : MENANTI KOMENTAR ANDA DALAM RANGKA MEMBERIKAN MASUKAN SARAN DAN PENDAPAT.....